Rabu, 24 Desember 2025

RASM UTSMANI DALAM AL-ITQON IMAM SUYUTHI

Qoidah Hadf Alif Pada Bentuk Mutsana

Imam Suyuthi dalam Al-Itqon pada Nau; As Sadis Was Bun Pada Bab Fi Marsumil Khot Wa Adabu Kitabatihi pada Qoidah Al Ula Al Hadf:

Tuhdaful  Alifu Min…Wa Min Kuli Mutsana Ismin Au Fi’lin In Lam Yatathorrof ..

Membuang alif pada setiap kalimat yang menunjukan makna mutsana baik isim atau fiil jika alifnya berada di Tengah, Contoh seperti kalimat Rojulaani, Al-Maidah Ayat 23,  Yualimaani al-Baqarah 102,  Adollaanaa Fushilat 29,  In Hadaani,  Toha 63, dan kalimat-kalimat lain diadalam Al-quran,   kecuali pada kalimat Yadaaka Al-Hajj 10, pada kalimat Yadaaka ditulis dengan isbat Alif.

Dalam Al-Muqni Imam Ad-dani menyebutkan Alif sebagai penanda tasniyah yang berada di Tengah dibuang dalam penulisannya baik itu domir pada fi’il atau penanda isim atau huruf baik itu Mutsana atau Mulhaq Mutsana sebagai penanda rafa’

Mulhaq Mutsana seperti kata Isnaani, , Pada isim seperti Rojulaani, Contoh Domir musana  yang bersambung dengan fiil seperti Yuallimaani, Yaqtatilaani. semua ditulis dengan membuang alif kecuali kalimat Tukaddibaan dalam  surat Ar-Rahman sebanyak 31 kalimat,  maka pada kalimat ini ada dua cara penulisan isbat atau hadf. jika alifnya berada diujung kalimat maka diisbat penulisannya baik fiil atau isim seperti An-Yahofaa, Wala Taqrobaa dan kalimat-kalimat  lainnya.

Imam Abu Dawud dalam Mukhtasar menyebutkan bahwa, penulisan Alif-Tasniyah dalam mushaf menjadi khilaf antara yang mengisbat (menetapkan) dan yang menghadf (membuang). Imam Abu Dawud menyatakan khilafnya semua kalimat tasniyah dalam mushaf, artinya setiap kata tasniyah(dengan Alif) dalam mushaf ada dua cara penulisan, kecuali dua kalimat yang tidak ada khilaf menurut abu Dawud yaitu pada Al-Maidah 107 Aulayaani hadf (tidak ada pilihan isbat bagi Abu Dawud) mugkin karena adanya Dua cara  dalam lafadz tersebut dan kalimat Yadaaka Al-Hajj 10 isbat(tidak ada pilihan hadf menurut Abu Dawud) , Imam Abu Dawud meskipun memberikan dua cara penulisan, ia memilih isbat alif tasniyah selain dua kalimat yang dikecualikan , dengan mengatakan Akhtaru Bil Alifi Li Maknayain saya memilih isbat alif dengan dua alasan pertama penulisan isbat alif sesuai dengan mushaf yang beredar(saat itu), kedua sebegai penanda alamat bahwa kalimat itu Mutsana, wallahu a’lam.

Dengan lebih rinci Imam Abu Dawud memberikan alasan-alasan terhadap pendapat beliau yang memberikan pandangan akan bolehnya menulis dengan dua cara penulisan walaupun beliau memilih isbat untuk alif tasniyah, sebagai contoh abu Dawud  menghasankan dua cara penulisan untuk kalimat Yahsifaani Toha 121,  dan dengan alasan iqtisor untuk hadf pada kalimat At-Tsaqolaani Arrahman 31, dan memilih isbat untuk kalimat Fatayaani Yusuf 36, Yadaaka Hajj 10,  Dr Ahmad Syirsal sebagai pentahqiq Kitab Attanzil dan hasyiyahnya memberikan komentar kenapa kalimat Yadaaka tetap di isbat, baginya itu tetap masuk kategori Alif (Muathorrofah)di ujung yang tidak berpengaruh terhadap keberadaan huruf kaf dalam kalimat itu. Juga Yang termasuk hadf iqtisor Adalah  kalimat Jam’ani Ali Imran 155,

Demikian juga misalnya kita merujuk ke Hijaul Masohif Hadf pada tasniyah marfuah seperti rojulaani dan kalimat yang serupa dengannya termasuk fiil.

Wilayah Masyriq seperti Mushaf Madinah, Mushaf Mesir dll memilih pendapat Imam Abu Dawud dengan mengisbat semua Alif Tasniyah dalam al-qur’an kecuali 4 kalimat Ya’tiyaaniha, An-nisa 16,  Haadaani Lasaahirooni, Toha 63, Fadanika, Al-Qosos 63,  Hadf pada keempat kalimat ini dalam Fathul Manan imam Abu Ishaq At-Tujibiy atas Pilihan Imam Abdul Wahid Ibnu Aasyar Al-Andalusi, seperti perkataan Dr Syafaat Rabani dalam Rasm Mushaf Matbaah Taj, dan Dowahirurrasm Al Mukhtalaf Fiha Baina Masoohif Masyariqoh Wa Masoohif Maghoorbal Al-Muasiroh. Qoul ini bisa saja dinisbatkan  juga pada salah satu qoul Imam Abu Dawud yang boleh menghadf alif Sepert qoul Dr. Sayyid Ahamad Fughol, mungkin juga karena dalam kedua qoul Ibnu Najah lebih menitikberatkan pada Isbat. wallhu a’lam .

Mushaf Maghrib (terutama Maghrib Aqso seperti Maroko ) semua hadf alif memilih qoul kedua Imam Abu Dawud dan menyebut memilih Ad-dani pada kalimat Tukaddiban yaitu isbat qoul kedua Imam Ad-dani. Walaupun pada kalimat Auliyani (hadf)dan yadaaka (isbat) tidak ada qoul kedua pada Abu Dawud.

Mushaf maghrib Adna seperti Libiya yang pada mushafnya mencantumkan merujuk ke Imam Ad-dani menghadf semua alif pada kalimat Tasniyah kecuali kalimat Tukadibaan(sebagaimana pengeculain dari Imam Ad-dani adanya dua cara Penulisan).

Mushaf India/Pakistan kemungkinan menggunakan Qoul Ad-dani yaitu hadf secara Mutlaq tanpa pengecualian dan yang lain hadf dengan qoul Imam Syatibi atu juga Imam Abu Dawud wallahu alam,

Mushaf Standar Indonesia ) sudah bisa dipastikan merujuk ke Imam Abu Amr Addani  hadf pada semua kalimat mutsana Termasuk Kalimat  Tukadiban hadf qoul salah satu Imam Addani, sebagaimana Imam Syatibi dan  Imam Sakhowi dalam wasilah memilih mencontohkan satu cara yaitu hadf yang merupakan bagian dari pilihan utama para pentahqiq dalam Madzhab Ad-Dani, demikian juga keterangan dalam Nasrul Marjan), kalimat Rojulaani dalam Al-Maidah Ayat 23 isbat alif dalam penulisannya (yang baru saya temukan) kemungkinan mengambil qoul kedua Imam Abu Dawud. Atau qoul ulama lain seperti Ibnul Jazari yang juga mengisbat Alif pada Kalimat ini. Wallahu a’lam.

Imam Suyuthi dalam satu sisi sepakat dengan Imam Ad-dani yaitu hadf alif pada semua Mutsana, hanya berbeda pengecualian imam addani mengecualikan tukadiban, imam suythi mengecualikan Yadaaka,

Imam Suyuthi juga sepakat dengan qoul kedua Ibnu Najah yaitu hadf semua alif mutsana. Kecuali kalimat Yadaaka.

Dan bisa dibaca pada lanjutan bab ini ada beberapa pendapat imam suyuthi terkait dengan rasm yang berbeda dengan Syaikhoni.

Silahkan Bisa dibandingkan Mushaf MSI, Mushaf Libiya Riwayat Qolun, Mushaf Maghrib Rwayat Warasy dengan Mushaf Madinah Riwayat Hafs..

Mushaf MSI: contoh

Al Maidah Rojulaani 23 Isbat(Imam Abu Dawud- Ibnul Jazari, atau qoul Imam lain).

Al Maidah Yadaahu 64  Hadf(Imam Addani)

Al Kahfi 57 Yadaahu Isbat (Imam Abu Dawud)

Annaba 40 Yadaahu Isbat(Imam Abu Dawud)

Al Hajj 10 Yadaaka Hadf (Isbat Qoul Imam Suyuthi -Juga Abu Dawud)

Tukadibaan Arrahman 31 Kalimat (Dua Wajh-Qoul Kedua Imam Addani Yaitu Hadf sebagaimana Imam Syatibi dan  Imam Sakhowi dalam wasilah memilih mencontohkan satu cara yaitu hadf yang merupakan bagian dari pilihan utama dalam madzhab Ad-dani demikian juga keterangan dalam nasrul marjan)



Imam-Imam Lain dalam rasm cukup banyak seperti Imam Al-ja’bari, Syathibi, Ibnul Jazari, Ibnu Asytah, Imam Labib, Imam Ibnu Asyaar, Imam At-Tujibiy, Imam Askhowi, Imam Maroghini, Imam Mukholilati, Imam Khoroz, Imam Balansi,  Imam Mahdawi, Imam Ghouts Al-arkati, Imam Sonhaji, Imam Suyuthi dan Imam-imam lain atau para pentahqiq Modern. wallahu a’lam. `





 

KEUNIKAN MUSHAF BOMBAY 

Siapa yang pada masa kecil pernah tadarus menggunakan mushaf dengan model seperti ini?

Jenis mushaf tersebut berasal dari kawasan Asia Selatan, khususnya India, Pakistan, dan Bangladesh. Di Indonesia, mushaf ini dikenal dengan sebutan Mushaf Bombay.

Mushaf yang menggunakan gaya khat tebal dan runcing umumnya berasal dari kota-kota percetakan di India. Pada perkembangan selanjutnya, mushaf India dengan khat runcing (naskh ta‘liq) lebih dikenal sebagai mushaf Pakistan. Jenis khat naskh ta‘liq ini dicetak selain di cetak di peanerbit di Pakistan juga di cetak dalam jumlah besar di Mujamma‘ Malik Fahd sejak era Presiden Zia-ul-Haq. Istilah naskh ta’liq modern ada yang menyebut font Indopak atau juga khot model Persia.wallahu a’lam.

Menurut Ulrike Stark, sarjana sastra Hindi modern dan peneliti sejarah perbukuan Asia Selatan penulisan dan pencetakan mushaf di India telah dimulai sejak masa kolonial. Dalam penelitiannya di wilayah India, khususnya India Utara, yang diterbitkan dalam jurnal berjudul Calligraphic Masterpiece, Mass-Produced Scripture: Early Qur’an Printing in Colonial India, ia menjelaskan bahwa produksi mushaf muali dari edisi Hooghly (1828–1829) yang disusun oleh Sayyid ‘Abdullah, kemudian edisi Kalkuta (1831) oleh Muhammad ‘Ali Khurasani, serta mushaf litografi pertama di Calcutta tahun 1837. Pada pertengahan abad ke-19 muncul edisi Lucknow dari Percetakan Hasani (1847) dengan khat naskh yang sangat tebal.

Memasuki era produksi massal, Naval Kishore Press yang didirikan di Lucknow pada 1858 menjadi penerbit Islam terbesar di Asia Selatan. Pada tahap berikutnya, India memasuki era perdagangan dan distribusi internasional, sehingga menjadi pemasok utama mushaf ke Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara, hingga Eropa. Hal ini turut menjelaskan mengapa di Indonesia beredar mushaf dengan karakter khat India (Bombay). Pengaruh serupa juga tampak di wilayah lain seperti Iran(iran 3 tahun lebih awal dalam mencetak quran), dan di Irak dikenal mushaf Awqaf Baghdad, yang secara gaya khat naskh memiliki kedekatan dengan edisi Lucknow. Di Indonesia, jenis khat ini mengingatkan pada metode Baghdadiyah atau model khat dalam buku belajar membaca Al-Qur’an seperti Turutan cetakan Menara Kudus denga arab Tebal dengan Ejaan alif fata-a, alif kasroh-I, alif dumah-u. a-i-u.(bisa baca juga Sejarah penyebaran islam di Indonesia menurut teori Gujarat dan Teori Persia.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa varian mushaf dengan bentuk tulisan dan ornamen yang serupa dengan mushaf dari India dan Pakistan, baik yang menggunakan khat naskh tebal (gaya Lucknow) maupun yang runcing naskh ta‘liq khas Pakistan. Salah satu penerbit yang memproduksi mushaf dengan gaya tulisan tebal adalah Percetakan CV Afif Cirebon milik Syaikh Abdullah bin Afif. Adapun mushaf dengan gaya runcing naskh ta‘liq banyak dicetak oleh Syirkah al-Ma‘arif Litho-bi wa Nasr, Tamblong, Bandung—yang pendirinya sebelumnya merupakan mitra dalam penerbitan di CV Afif.

KEUNIKAN MUSHAF INI DIANTARANYA :

• Istilah waqaf Muananaqoh Inda Muataqodimin dan Mutaakhirin( Bisa dibaca Kunuz Al- thof).

• Waqaf Manzil/Munazal/Malaikat, Waqaf Ghufron, Waqaf Nabi. (bisa dibaca penjelasan Imam Asmuni dari Imam Sakhowi)

• Jumlah urutan dan hitungan Ruku’ ( Ain)-(dipelopori Madzab Hanafi Didaerah Waroan Nahr-Bukhara)

Catatan: Semua yang tertera dalam Mushaf India Atau Pakistan telah dijelasakan dalam kitab Kunuz Al -Thof Al-Burhan Fi Rumuzi Auqof Al Quran , oleh Muhammad Shodiq Al-Hindi, Mulai dari jumlah-jumlah waqaf, tata letak, perbedaan Ayat Sajadah secara fiqih hizb, juz dll. Silahkan bisa merujuk.

• Tertera doa tertentu sperti ucapan Amana Bilah, Amin Allahuma Lakalhamdu dll.

• Doa pada Persaksian seperti pada surat Al-Insan(Ad Dahr) atau At-tin dengan Doa Balaa Wanah Ala Dalika Minassyahidiin. ( bisa dibaca pada kitab-kitab fiqih terkait doa-doa ini juga ada Al-Adab Fi Hamalatil Quran).

• Dan pada edidi Indonesia cetakan Cirbon atau Al-ma’arif Bandung pada halaman tambahan tercantum materi-materi adab membaca quran, Doa pada tiap-tiap ayat sajdah, materi tajwid, waqaf, makhorijul khuruf, sifat-sifat huruf lengkap dengan bagan dan lain -lainnya.

Beberapa Makalah Yang bisa dibaca

Tarikh Tibaah Quran Wa Nasrihi Fi Bakistan, oleh Dr. Muhammad Akram

Tarikh Tibaah Quran Jumhuriyah Bakistan , oleh Dr. Abu Tholhah Mushammad Yususf Al Kasmiri

Tarikh Tabaatil Mushaf Fi Hindi, oleh Syaikh Sohib Alim Qomaruzzaman

Tarikh Tibaatil Mushaf Fiq Sibhi Qorotil Hindi, Dr. Muhammad Khon Tsaqib

Khotul Mushaf Asy Syarif, Dr Abdul Aziz Hamdi Sholih.

Ulrike Stark, Calligraphic Masterpiece, Mass-Produced Scripture: Early Qur’an Printing in Colonial India

Dr. Syafaat Rabbani dan lain sebagainya.

Buku Dengan judul "Menyingkap Tanda Waqaf Mushaf Al-Quran Hindi" ditulis oleh sdri Nurhikmatul Maulia ini sangat rekomendasi untuk bacaan terkait mushaf Bombay atau Pakistan terutama bab waqaf, buku ini disarikan dari Tesis di IIQ Jakarta pada program Studi Ilmu Al qur'an Dan Tafsir. Monggo yg berminat tinggal inbok beliau, sangat rekomendasi



Beberapa Makalah Yang bisa dibaca

Tarikh Tibaah Quran  Wa Nasrihi Fi Bakistan, oleh Dr. Muhammad Akram

Tarikh Tibaah Quran  Jumhuriyah  Bakistan , oleh Dr. Abu Tholhah Mushammad Yususf Al Kasmiri

Tarikh Tabaatil Mushaf Fi Hindi, oleh   Syaikh Sohib Alim Qomaruzzaman

Tarikh Tibaatil Mushaf Fiq Sibhi Qorotil Hindi, Dr. Muhammad Khon Tsaqib

Khotul Mushaf Asy Syarif, Dr Abdul Aziz  Hamdi Sholih.

Ulrike Stark,  Calligraphic Masterpiece, Mass-Produced Scripture: Early Qur’an Printing in Colonial India

Dr. Syafaat Rabbani dan lain sebagainya.