Rabu, 02 Mei 2018

SEJARAH MUSHAF AL-QURAN INDONESIA



SEJARAH MUSHAF AL-QURAN INDONESIA

Dalam sejarah di catat bahwa Masuknya islam ke bumi nusantara ada beberapa tahap
Pertama.
A. Islam Masuk Abad ke-7  Masehi, Orang-Orang  Ta’shih (Arab dan Persia)
B.Islam Masuk Abad ke-11-13 Masehi, Orang-orang Keling (orang dari Kaliangga dan Gujarat India), Hadramaut dan lainnya.
C.Islam Masuk Abad ke 16-17  saat Malaka(Malasiya) jatuh ke Portugis, Orang-Orang  Rum (maksudnya Istambul, Turki). 
D.Aceh telah secara resmi menjalin kerjasama dengan Turki Utsmani dan kerajaan Moghul  (orang-orang keturunan Mongol di India) dalam bdang angkatan laut.
E.Diutusnya  Walisongo ketanah Jawa 1404 Masehi (808 Hijriah).

Terkait Mushaf pada zaman walisongo ini penjelasannya cukup panjang, tetapi secara sederhananya kaitan walisongo dengan Turki Utsmani sangat erat.

MUSHAF BOMBAY, BAHRIYAH DAN MASYARAKAT INDONESIA.
Mengapa orang Indonesia lebih Terbiasa dengan jenis Bombay dan bahriyah?  hal ini bisa dilihat dari beberapa sejarah yang mau tidak mau memang memberikan kontribusi besar terhadap pengaruh perkembangan muslim di Indonesia,  pertama kita bisa lihat dari banyaknya saudagar-saudagar Muslim  yang berdangang ke nusantara kala itu melalui malaka, yaitu Orang-Orang  Ta’shih (Arab dan Persia) Orang-orang Keling (Orang dari Kalingga dan Gujarat India), hadramaut  dan daerah lain, Orang-Orang  Rum (Rum yang dimaksud adalah Orang dari Istambul, Turki), para saudagar ini adalah orang-orang muslim yang merantau keindonesia ini selain berdagang mereka juga bergaul serta memberikan pengaruh idiologi ke bumi Melayu dan Nusantara, mereka selain sebagai saudagar adalah juga orang-orang yang memiliki pengetahuan agama yang baik, sehingga selain berdagang sedikit-demi sedikit mereka juga melakukan kegiatan da’wah, dari da’wah inilah kebiasaan yang ada pada saudagar juga diikuti oleh orang-orang melayu, dan nusantara termasuk dalam membaca al-quran mengikuti al-Quran yang dipakai oleh saudagar-saudagar ini.

Nampaknya orang-orang Nusantara ini lebih cocok dengan mushaf orang keling dan orang-orang rum dari pada orang Ta’shih. dan ditambah juga karena pengaruh kerajaan Turki Utsmani dan Moghul yang memang mushafnya menggunakan mushaf jenis bahriyah ini, dalam bahasa Turki sering disebut mushaf Darkinar

Kedua
Pengaruh kerjasama Turki Utsmani dan Moghul dengan Aceh, tercatat dalam sejarah bahwa kala itu kerajaan Aceh sebelum kemerdekaan sudah menjalin kerja sama angkatan laut( bahriyah) Turki Utsmani dan Moghul India, oleh karena pasukan angkatan laut Turki Utsmani membaca dengan Mushaf Hufadz ini, maka di Indonesia sering disebut Mushaf Bahriyah atau kalau di terjemahkan ''mushaf angkatan laut Turki Utsmani'' masyhur juga dengan istilah Quran Stambul(Cetakan Istambul Turki). Maka dalam sejarah tercatat pula ketua pentashihan mushaf di kepalai pertama oleh Kyai Abu Bakar Atceh. 

Di Indonesia Mushaf ini juga pernah ditulis ulang dan dicetak ulang dengan jumlah banyak oleh Kyai Haji Arwani Kudus untuk hafalan santrinya, dan banyak lagi ulama-ulama nusantara yang menulis ulang sperti halnya Mushaf Bombay atau bahriyah ini. yang sangat masyhur. Saat zaman Turki Utsmani mushaf ini menjadi mushaf resmi kerajaan, Badan Waqaf Mushaf Al-Quran Baghdad, sehingga kita kenal metoda pembelajaran al-quran dahulu  yang di Indonesia dikenal dengan istilah Turutan Menara Kudus lebih mirip Metoda Baghdadiyah, lebih jauh kalau kita baca metoda Baghdadiyah ini, bahwa metoda ini dibuat di Baghdad dan masyhur di wilayah India. Sehingga kalau kita bandingkan antara Mushaf Bombay dan Turutan dalam segi penulisan arab font dan dobt(tanda bacanya) mirip sekali, dan tidak mirip tatacara penulisan orang arab pada umumnya.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa sejak dahulu kala Mushaf Bahriyah dan Bombay sangat digemari orang Indonesia ( non arab), penulisan dan tanda bacanya memudahkan orang non arab untuk membacanya. Walaupun kita tahu antara mushaf bahriyah dan Bombay banyak perbedaan dari sisi rasm, kalau bahriyah lebih mendekati imali-qiyasi penulisan arab secara kebanyakan (bahasa Arab pada Umumnya), sementara Bombay berbeda dari mushaf Mesir karena menggunakan metoda Imam Abu Amr Addani. Saat penjajahan Prancis atas Mesir bahwa Mesir pernah mencetak al-Quran jenis Bombay dan disebarkan ke Asia termasuk Indonesia, tapi sumber ini sampai sekarang masih belum jelas hanya tertuang dalam makalah-makalah artinya mushaf Bombay cetakan Mesir sejauh ini belum didapatkan mushaf Bombay dengan stempel Mesir atau yang dikenal percetakan Bulaq.

Jadi mushaf yang digunakan di Indonesia adalah  Mushaf Orang Turki Bahriyah/Quran Stambul penulis Muhammad Aiman Rusdi ( milik angkatan Turki Utsmani Ustunah Istambul )-Mushaf Auqof Bagdad 1886 M, milik sultan mahmud II. Mushaf Bombay Nash Ta’liq (mushaf Bombay  ) dibawa orang Kalingga dan Gujarat.

MUSHAF STANDARD KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Mushaf al-quran standard Indonesia (Al Mushaf Al Mi’yariy al Indunisy) adalah mushaf yang di bakukan cara penulisannya (rasm) harokat,tanda baca,dan tanda waqaf sesuai dengan hasil yang di capai dalam muker ulama ahli quran yang berlangsung 9 kali.yang di mulai tahun 1974 sampai dengan 1983, dan di jadikan pedoman bagi mushaf al-Quran yang akan di terbitkan di Indonesia.

Mushaf standar yang di maksud sebenarnya ada 3  jenis sesuai keputusan menteri Agama no 25 tahun 1984 yaitu Mushaf standar Utsmani untuk umum(Bombay),Bahriyah (Turki)untuk para hufadz, Braile untuk tunanetra.

Al-Quran bahriyah telah menjadi Mushaf Standar Indonesia sampai tahun 1957-1960 M,dan sudah dimulai  saat kerajaan Aceh bekerjasama dengan Turki Utsmani, dan untuk pertama kalinya ketua lajnah juga dari Aceh  yaitu H.Abu Bakar Aceh .

Muker lanjutan dari tahun 1972 yaitu muker 1 tahun 1974 yang di sebut muker Ulama al-Quran Nasional dicapai kesepakatan para ulama dan juga para kyai. bahwa mushaf al-quran harus di tulis dengan rasm Utsmani, kecuali darurat. dari aspek penulisan mushaf standard Utsmani mengambil bahan baku model al-Quran terbitan departemen agama tahun 1960 ( Mushaf Bombay standard /India/Pakistan) yang sekaligus menjadi pedoman tanda baca, menurut muker mushaf ini telah di telaah akurasi rasm Utsmani-nya berdasarkan rumusan Imam Asy Suyuti ( W. 911 H) dalam Al-Itqon Fi Ulumil Quran.

Bersambung ................