Jumat, 08 Februari 2019

PENGUMPULAN AL QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR AS SIDIQ

PENGUMPULAN AL QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR
Saat Abu Bakar menjadi khalifah sepeninggal nabi Sallahu alaihi wasallam tahun 11 hijriyah bulan Rabiul Awwal,  beberapa orang dari kabilah arab modern murtad dari islam, hal ini yang memicu peperangan, pada tahun kesebalas hijriyah terjadi perang Yamamah atau   Hammmiyatul Watis yaitu perang antara kaum murtad dan kaum muslimin, dipihak murtadin dipimpin oleh Musailamah Al Kadzab dan kabilah Hanafiyah dan kaum muslim dipimipin Kholid Bin Walid, pada peperangan ini syahid dari kaum muslimin yang diantaranya adalah para penghafal quran, syahid ini mencapai 500 orang sahabat –Ibnu Kasir dalam Fadoil Al Quran , 666 orang Ibnu Asir dalam Al Kamil, dan 700 orang Ibnu Hajar dalam Al Fath- diantara yang syahid ini diantaranya 70 orang hufadz dari sahabat, seperti Salim bekas Maula Hudzaifah yang rasul memerintahkan untuk mengambil hafalan quran padanya, kejadian ini membuat Umar Bin Khatab tergoncang karena takut al-quran akan hilang dengan hilangnya para hufadz ini, maka Umar segera ke khalifah Abu Bakar dan menyampaikan usulannya untuk mengumpulkan mushaf dalam satu kesatuan.

Abu Bakar menolak gagasan ini, karena takut dan sebagai kehati-hatian bahwa perkara ini belum pernah dilakukan pada zaman nabi, tetapi umar tetap menyakinkan Abu Bakar yang ahirnya allah melapangkan dadanya dan menerima usulan ini, sahabat yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas ini adalah Zaid Bin Tsabit, karena dialah yang mendengar ketika rasul menyampaikan al-quran untuk terahir kalinya, dia adalah seorang yang amanah, cerdas dan sebagai penulis wahyu pada zaman nabi.

Zaid tidak serta menerima tugas dari khalifah ini awalnya dia menolak dengan mengatakan sekiranya saya di tugaskan memindahkan gunung satu ke gunung yang lain, maka lebih berat bagiku untuk menulis atau mengumpulkan al quran, dengan alasan yang sama bahwa zaman nabi belum pernah dilakukan pengumpulan ini, akan tetapi allah melapangkan dadanya dan ahirnya menerima tugas dari khalifah Abu Bakar.

Zaid segera menulis mushaf ini dalam Usub, Alihaf, dan Sudur para rijal (sahabat nabi yang hafal al quran ) seperti Abi Huzaimah Al Anshari  Yang menyetorkan 2 ayat ahir dari surat At Taubah.
Pengumpulan ini terjadi pada tahun ke 12 hijriyah, untuk waktu pelaksanaanya berapa lama ada keterangan yaitu selama 15 bulan  hal ini dimulai dari ahir tahun ke 11 hijriyah atau awal Tahun ke-12 hijriyah sampai menjelang wafatnya Abu Bakar yaitu bulan ke enam tahun ke-13 hijriyah . 

Adapun alasan kenapa tugas ini diserahkan ke Zaid
1.Beliau adalah sahabat yang hufadz dan penulis muhaf pada masa nabi masih hidup.
2.Zaid satu-satunya sahabat yang menyaksikan ketika nabi membacakan untuk terahir kalinya sebelum beliau meninggal dalam beberapa keterangan Zaid menyaksikan 2 kali pembacaan.
3.Zaid adalah penulis wahyu yang paling dikenal pada masa nabi dan juga sahabat yang paling banyak  menulis wahyu.
4.Orang yang cerdas, wara’, ahlaknya yang baik, orang yang istiqomah, dan orang yang memegang teguh amanah. Serta paling baik khotnya
Alat-alat yang digunakan untuk menulis yaitu Usub, Lihaf , Arriqaa, Adlaa, Aktaf, qotul adiim, Al Qodm, Dhiror, Qirtos, Suhuf, Al Karonif dan lain-lain.
Sarana-sarana yang dipakai dalam penulisan mushaf pada zaman ini adalah sarana yang mudah didapat dan berada disekitar mereka, seperti 

Arriqo jama’ dari Ruq’atun yaitu potongan dari kulit, media ini yang biasa dipakai untuk menulis wahyu pada zaman nabi, sebagaimana yang disampaikan Zaid Bin Tsabit kami berada disisi nabi dan menulis wahyu dengan Arriqo’, yaitu bahwa nabi memandu Zaid untuk menyatukan ayat yang turun tepisah dalam satu surat.

Al Usub, jama dari Asiibun yaitu daun kurma yang bagus dan masih ada batang tengahnya dianyam dan pada bagian daun yang lebar itu yang dijadikan untuk menulis.
Assaaf, daun kurma atau juga daun yang sudah tidak ada urat tengahnya.
Allihaaf  jama’ dari Lahfatun yaitu lempengan jenis dari batu yang tipis lebar dan berwarna putih
Al aktaf jama’ dari Katifun yaitu tulang belikat unta atau kambing yang telah kering
Aqtaab jama’ dari Qotabun yaitu kayu yang biasa digunakan  dipunggung unta sebagai alas, atau lapak
Al Adiiim,  jenis kulit-kulit hewan yang bersih setelah disamak, jamaknya Aadimun
Al adlaa, jama’ dar dol’un, dengan kasroh dho dan fathah lam (lughoh hijaz) sedangkan jika lam-nya sukun (lughoh Tamim) bermakna tulang.
Al qodmu, jama dari Qodhimun yaitu kertas putih dari kulit.
Addiror jama’ dari Dhiroorun batu yang tipis dan tajam
Qorotis jama’ dari Qirtosun yaitu kertas yang terbuat dari kulit, dan berbagai jenis pohon
Al waah, jama dari lauhun lembaran yang lebar dari pohon atau tulang belikat
Suhuf atau Suhfu  jama dari Sohifatun yaitu lembaran dari kertas atau kulit
Al Karonif  jama’ dari Kurnafatun  sejenis lemak Hewan yang dikeringkan 

ketika menulis Zaid disaksikan 2 orang dari sahabat dan penulisan ini disebut dengan al quran bacaan Zaid (dialek quraysy) dan setelah penulisan selesai maka kemudian yang dibahas adalah penamaan, yang kemudian  dinamakan mushaf sebagaimana Imam Suyuti membawakan riwayat ini dari Abu Asytah dalam Al Masohif, Abu Bakar menawarakan penamaannya kepada para sahabat yang hadir, ada yang mengusulkan Assifr dan sebagian lagi Al Mushaf yang dipakai orang habasyah untuk menamai bukunya, maka Abu Bakar menyetujui dengan nama Al Mushaf, dari sinilah mushaf al quran dikenal. Mushaf adalah kumpulan dari suhuf-suhuf atau lembaran dan pada mushaf terkumpul bacaan wahyu atau al quran sehingga dikenal dengan mushaf al quran.

Sumber penulisan mushaf pada masa Abu Bakar ini ada dua yaitu ayat-ayat yang dahulu tertulis pada zaman nabi(Kitabah) dan kedua al quran yang ada pada sudur para sahabat (para sahabat penghafal quran, sehingga umar menyampaikan kepada para sahabat dengan menyeru siapa saja yang hafal al quran atau pernah talaqi kepada nabi maka datangilah Zaid, dan Zaid ditempatkan di pintu masuk Masjid Nabawi.

Mushaf ini ditulis hanya satu mushaf, mushaf ini disimpan Abu Bakar sampai beliau meninggal tahun ke 13 hijriyah, kemudian beralih ke Umar sampai beliau meninggal tahun ke 23 hijriyah  dan selanjutnya ke  Hafsah Umul Mukminin Binti Umar sampai kemudian diminta khalifah Utsman Bin Affan untuk disalin kemudian dikembalikan ke Hafsah, setelah Hafsah meninggal mushaf diminta Marwan Bin Al Hakam untuk diserahkan ke Abdullah Bin Umar saudara Hafsah sampai setelah penulisan mushaf pada zaman Utsman dan ahirnya mushaf ini dibakar karena sudah disalin secara lengkap pada Mushaf Utsman Bin Affan.

Penulisan mushaf pada zaman Abu Bakar teridri dari Panitia Utama Musyrif Abu bakar sendiri Bagian Iqtiroh(pengarah) Umar Bin Al-Khatab dan Tanfidz(pelaksana) Zaid bin Tsabit dan Para Sahabat yang lain sebagai Muawanah (pembantu ) dan Iqrar (Menetapkan ) sebagi saksi . Penulisan Mushaf Zaman Abu Bakar  memiliki keistimewaan diantaranya.

1.Ditulis dengan sangat teliti seuai dengan kesepakatan seluruh sahabat sehingga sangat mutawatir
2.Mushaf ditulis seuai urutan ayat dan surat sebagian pendapat menyatakan yang urut hanya ayat adapun surat belum.
3. Mushaf ditulis sesuai yang disampaikan nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam  terahir kali yang didengar oleh para sahabat
4.Ditulis semua ayat baik yang sudah dinasakh atau belum dan setiap selesai penulisan disaksikan oleh dua orang saksi, saksi di sini menurut Imam Sakhowi adalah lembaran yang ditulis pada zaman nabi, atau ayat yang turun dengan berbagai wujuh bacaan. Ibnu hajar menyatakan yang dimaksud Syahidani adalah Al Kitaab (tulisan) dan al hufadz (para penghafal). Imam Suyuti menyatakan Syahidani adalah urudul ahir yang dibacakan nabi,
5. Ditulis dengan Ahrufissab’ah sesuai pemaparan terahir dari rasul.
6. Disepakati seluruh sahabat nabi sehingga Ali Bin Abi Thalib menyatakan pahala yang paling besar diantara manusia adalah Abu Bakar karena mengumpulkan al-quran, dia orang yang pertama mengumpulkan wahyu dalam satu mushaf.


Minggu, 03 Februari 2019

BABUL ZIYADAH ( QOIDAH PENULISAN RASM UTSMANI BAG 2)


A.BABUL ZIYADAH

Yaitu Mencakup Ziyadah  Alif, Ya, Wau, ا)),(ÙŠ), (Ùˆ)

Ziyadah Alif ا))

Contoh ziyadah alif pada Kalimat  (Ù„ِØ´َاْÙŠۡØ¡ٍ) surat Al Kahfi Ayat 23, pada saat yang lain penulisannya alifnya di buang seperti (ÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙŠۡØ¡ٖ) Al Baqarah 20, pada kalimat yang lain di tambah alif  seperti (ÙˆَجِاْÙŠٓØ¡َ) Azzumar 69, Al Fajr 23, dan pada kalimat lain tidak ditulis alifnya seperti (سِÙŠٓØ¡َ بِÙ‡ِÙ…ۡ) Hud 77, Al Ankabut 33, dan penambahan alif setelah wau jama’ diujungnya yang bersambung dengan fiil, seperti (ÙˆَعَتَÙˆۡاْ) Al A’raf 77, Pada Saat Yang Lain Alifnya Di Hadf (ÙˆَعَتَÙˆۡ عُتُÙˆّٗا) Furqon 21, Dan Ziyadah Pada (سَعَÙˆۡاْ) Al Hajj 51, Pada Tempat Yang Lain Di Hadf (سَعَÙˆۡ) Saba Ayat 5, Dan Lain Sebagainya.

Contoh Ziyadah Ya(ÙŠ)

Ziyadah huruf ya pada Kalimat (ÙˆَØ¥ِيتَآÙŠِٕ) yang di majrurkan pada surat Annahl 90, pada tempat lain di hadf ya’ (ÙˆَØ¥ِيتَآØ¡ِ) Annur 37, dan ziyadah pada (Ù…ِÙ† ÙˆَرَآÙŠِٕ Ø­ِجَابٍ) juga dalam keadaan Majrur, Asyuro  51, dan ada contoh kalimat yang sama juga di tempat yang lain di hadf (Ù…ِÙ† ÙˆَرَآØ¡ِ Ø­ِجَابٖۚ) Al Ahzab 53.

Contoh Ziyadah wau(Ùˆ)

Contohya ziyadah wawu pada kalimat  (Ø£ُÙˆْÙ„ُواْ) dan (Ø£ُولِÙŠْ) dimanapun kedua-duanya berada, dan juga kalimat (أولاء) dalam bentuk apapun seperti pada contoh (ﮡ ﮢ ) Al Imron 119, (ï­³) Al-Baqarah 5,dan yang lain selain contoh kedua tadi  juga kalimat (ï­²) Al A’raf 145, Al Anbiya 37.