Selasa, 30 Juli 2019

PENYEBARAN QIROAH AL QURAN DALAM WILAYAH ISLAM

 PENYEBARAN QIROAH AL QURAN DALAM WILAYAH ISLAM

Pada umumnya bagi kaum muslimin  saat ini hanya mengenal satu macam qiroah atau bacaan dalam membaca mushaf al quran, terutama kaum muslimin yang berada jauh dari negeri Arab Masyriq atau Maghrib dan lebih khusus  wilayah di luar Maghrib, demikian pula di wilayah Maghrib ada bacaan-bacaan bagi mereka yang juga tidak begitu popular karena lebih popular satu atau dua bacaan.
Kaum muslimin diluar Arab memilih satu bacaan yang mudah baginya dan juga karena banyak dan umum digunakan, kita sebut saja bacaan mushaf dengan Riwayat Imam Hafs Qiroah Imam Ashim, bacaan ini bukan hanya popular diwilayah Arab Masyriq saat ini, tetapi juga seluruh penjuru umat islam didunia pada kebanyakannya.

Riwayat Hafs Adduri  dari Abi Amr Al Bashri,  bacaan yang popular dipakai diwilayah Arab Maghrib seperti Somalia, Sudan, Chad, Nigeria, dan Afrika Tengah secara umum.
Riwayat Warasy Al Misri dari Imam Nafi Al Madini adalah bacaan yang popular pula di gunakan di wilayah Arab Maghrib Aqsa, seperti  Al Jazair, Maroko dan Mouritania dan  juga Afrika Bagian Barat seperti Sinegal, Nigeria, Mali, sampai perbatasan Mesir dan juga sebagian Libiya, Chad, Tunisia, bacaan ini pada awalnya adalah bacaan yang masyhur di wilayah Mesir sekitar abad kedua  Hijriyah.
Riwayat Imam Qolun dari Nafi adalah bacaan yang popular di negeri Libiya bahkan menjadi bacaan resmi dan sebagian besar Tunisia.
Riwayat bacaan Imam Hafs dari Ashim adalah bacaan yang pada mulanya tidak terlalu masyhur disuatu negara atau wilayah hingga pada zaman Turki Utsmani bacaan ini mulai masyhur dan banyak digunakan dari seluruh Masyriq (Negeri arab bagian Timur) dan bacaan ini juga yang menjadi bacaan Imam Hanafi dan pengikutnya, karena imam Hanafi belajar qiroah pada ulama Kuffah, tetapi juga ada keterangan lain yang memberikan penjelasan bahwa riwayat Hafs bukan masyhur pada zaman Turki Usmani tapi jauh sebelum itu, akan dijelaskan pada penjelasan tentang bacaan Imam Hafs secara khusus pada pembahasan selanjutnya.
Tersisanya satu bacaan dari bacaan-bacaan yang ada bisa dibilang karena seleksi ilmiah masyarakat baik itu karena Madrasah Qiroat, kemudahan dan kebiasaan yang dibaca, atau karena hanya satu bacaan saja yang mereka kenal diwilayhnya sehingga hanya satu bacaan yang diajarkan atau bahkan diketahui bacaan lain oleh karena tidak terkuasainya bacaan yang lain maka tidak diajarkan waalhu a’lam.

SEJARAH PENYEBARAN QIROAH
QIROAH PADA ZAMAN NABI
Para sahabat mulia mendapat perhatian penting dari Nabi untuk belajar al-quran langsung dari beliau secara tatap muka, dari sahabat yang langsung Talaqi dengan nabi ini kemudian menyebar kesahabat-sahabat nabi yang lain, diantara yang belajar kepada nabi dan mendapat tugas untuk mengajarkan kepada yang lain adadah Mushab Bin Umair salah satu sahabat yang mendapat tugas untuk mengajar suku Aus dan Khazraj setelah peristiwa Baiat Aqobat yang pertama, dari sinilah ghiroh para sahabat semangat untuk belajar langsung kepada nabi saw diantaranya, Abdullah Bin Mas’ud, Muad Bin Jabal.  Ubay Bin Ka’ab dan Salim Maula Abi Hudzaifah, juga sahabat-sahabat yang lain.
Para sahabat yang mendalami al-quran ini, mendapat keistimewaan tersendiri dari nabi saw, bahkan mereka adalah orang yang dicintai nabi, hadis dari Masyruq  menceritakan bahwa nabi mengabarkan: ambillah bacaan al-quran dari 4 orang, yaitu: Ibnu Ummi Abdin (Abdullah bin Mas’ud), Muad Bin Jabal, Ubay Bin Ka’ab, dan Salim Maula Abi Hudzaifah.dari kemahiran para sahabat inilah kemudian masing-masing sahabat menulis mushaf plus dengan tafsirnya khusus untuk dirinya seperti mushaf Ibnu Masud, Ubay Bin Ka’ab dan beberapa tafsir sahabat yang lain.
Diantara banyaknya sahabat yang hafal qur’an adalah ketika nabi mengutus 70 orang sahabat yang dikenal dengan Quro’ yang diperintahakan untuk mengajarkan Ahlu Nejed, tetapi para Ahlu Nejed membunuh para sahabat ini dalam Peristiwa Bi’ru Maunah (Hadatsah Biru Maunah ).
Diantara hufadz yang lain adalah Sahabat Abu Bakar, Utsman, Ali, Abu Musa Al Asyari, Abu Darda, serta  sahabat Muhajirin dan Ansar yang lain .
  
QIROAH PADA ZAMAN SAHABAT DAN TABIIN
Sepeninggal nabi sampai petengahan abad petama hijriyah, terdapat sahabat-sahabat yang sangat mendalami bacaan qur’an, dan kemudian melahirkan generasi atau murid-murid sahabat (Tabiin), Khalif Utsman Bin Afan setelah mengumpulkan  mushaf segera menyebarkan dan mengutus para sahabat untuk mengajarkan al-quran ke beberapa negeri muslim yang telah menjadi wilayahnya, Abdulah Bin Saib Al Mahzumi ke Makkah, Abu Abdurrahman Assulami Ke Kuffah, Amir Bin Qais Ke Basrah,  Mughirah Bin Abi Sihab Kewilayah Syam, dan Zaid Bin Sabit di Madinah (Pusat Pemerintahan).
Pengahafal quran dari kalangan Muhajirin Khalifah yang 4, Saad Bin Abi Waqas, Tholhah, Abdulah Bin Mas’ud,  Hudzaifah, Salim, Abu Hurairoh, Abu Musa Al Asyari, Abdullah Bin Umar, Abdullah Bin Abbas, Abdulah Bin Amr Bin Al Ash, Abdullah Bin Saib Al Mahzumi, Abdullah Bin Zubair, Umahatul Mu’minin ( Aisyah, Hafshah, Umu Salamah).
Pengahafal quran dari Kalangan Ansar,  Zaid Bin Tsabit, Ubay Bin Ka’ab, Muad Bin Jabal, Abu Darda, Anas Bin Malik, Mujami’ bin Jariyah.

Kalau dirinci darai silsilah guru maka
1.Utsman Bin Affan mempunyai Murid Mughiroh Bin Abi Sihab Al Mahzumi, W 91
2.Ali Bin Abi Thalib berguru padanya  Abi Abdirrahman Assulami, Abul Aswad Adualy, Abdurrahman Bin Abi Laila
3. Ubay Bin Kaab penulis wahyu zaman nabi berguru padanya Abdullah Bin Abas, Abu Hurairah, Abu Abdurrahman Assulami.
4. Zaid Bin Tasbit Al Ansary penulis wahyu pada masa nabi, Khalifah Abu Bakar, Utsman Berguru Padanya Abu Hurairah, Abdullah Bin Abas, Abdullah Bin Umar, Anas Bin Malik
5.Abdullah Bin Masud berguru padanya Al Qomah Bin Al Qois, Aswad Bin Zayid An-nakhoi, Masyruq Bin Ajdaa, Abu Abdurrahman Assulami,
6.Abu Musa Al Atsary berguru padanya  Said Bin Musayyib, Hatton Arroisy, Abu Roja Al Atoridi,
Para tabiin yang beguru kepada para sahabat seperti Al Qomah, Masyruq dan Aswad Bin Zayid berguru kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud,  Mujahid, Ikrimah dan Atho’ kepada sahabat  Ibnu  Abbas, Ubay Bin Kaab memepunyai murid seperti Abu Qotadah, Abu Aliyah  dan para tabiin yang lain yang masyhur seperti Said Bin Musayyib,  Urwah, Salim,  Umar Bin Abdul Aziz, Sulaiman Bin Yasar, Zaid Bin Aslam,  Muslim Bin Jundub, Ibnu Sihab Azzuhri, Abdurrahman Bin Hurmuz, Muad Bin Al Harits yang dikenal Muad Al Qoori, dan para tabiin yang lain.
Abdullah Bin Saib Al Mahzumi yang berada di Makkah maka berguru padanya diantaranya  Ibnu Kasir Al Makki salah satu imam qiroat yang 7, Mughiroh Bin Abi Sihab Al Mahzumi  yang berada di Syam berguru padanya Abdullah Bin Amir Adimasqy, salah satu quro yang 7 juga, Abu Abdurrahman Assulami yang berada di Kuffah mempunnyai murid Ashim Bin Abi Najud, adapun Amir Bin Abdul Qois yang berada di Basroh secara bacaan bersambung padanya tidak begitu masyhur.

PENYEBARAN QIROAH DALAM BEBERAPA WILAYAH ISLAM
Penyebaran ini qiroat ini secara massif dimulai saat kekhalifahan Utsman Bin Affan, ketika beliau menyebarkan mushaf yang beliau kumpulkan dan juga mengutus para juru baca yang menjadi pengajar dinegeri muslim, untuk meneruskan pengajaran para pengajar al-quran yang telah diutus Khalifah Umar sebelumnya, secara ringkas 10 qiroat yang ada saat ini bermuara dari
1.Zaid Bin Tsabit yang ditugasi di Madinah melahirkan qiroat Imam Abu Ja’far Al Madini (Qiroat Ke 8), dan Imam Nafi Al Madini ( Qiroat Ke 1)’
2.Abdullah Bin Saib Al Mahzumi yang diutus ke Makkah, maka dari sini qiroat Imam Ibnu Kasir Al Makki dibangun ( Qiroat Ke 2)
3. Mughiroh Bin Abi Sihab Al Mahzumi yang ditus ke Syam  yang menjadi cikal bakal Qiroat Imam Ibnu Amir (Abdullah Bin Amir Asy Syami Qiroat Ke 4)
4. Abu Abdurrahman Assulami yang diutus ke Kuffah  melahirkan qiroat  Imam Ashim Bin Abi Najud Al Kuffi (Qiroat Ke 5), Imam Hamzah Al Kuffi( Qiroat Ke 6),  Imam Kisai Al Kuffi (Qiroat Ke 7), dan Imam Kholaf yang mejadi imam Qiroat Ke 10.
5.Amir Bin Abdul Qois yang ditus ke Basrah melahirkan qiroat  Abu Amr Bin Alaa Al Bashri ( Qiroat Ke 3), Imam Ya’qub Al Hadromi Al Bashri (Qiroat Ke 9).
Meskipun secara keberadaan bacaan-bacaan ini juga ada beberapa atsar-atsar dari bacaan sebelumnya dan setiap bacaan saling bergantian mengisi satu wilayah ke wilayah lain( populer dari masa kemasa pada suatu  wilayah islam saat itu, dan kemudian terseleksi dengan sendirinya dan menyisakan satu bacaan yang populer di wilayah tersebut.
Ibnu Mujahid menyebutkan bahwa  penduduk Madinah membaca dengan bacaan Imam Nafi’, Makkah Imam Ibnu Kasir, penduduk Syam Qiroah Ibnu Amir, Basroh Qiroah Abi Amr dan Ya’qub sedangkan penduduk Kuffah menggunakan Qiroah Imam Ashim dan Hamzah, sampai qurun tahun ke 300 H’’. selain itu juga di Madinah tersebar bacaan Abu Ja’far setelah tahun ke 300 H.
SYAM (saat ini meliputi Palestina, Syiria, Lebanon dan Jordania)
Sahabat-sahabat tepilih yang  diutus Oleh Khalifah Umar Bin Khotob untuk mengajar al qur’an diberbagai wilayah islam saat itu yaitu sahabat Abu Musa Al Asyari Ke Wilayah Basrah, Abdullah Bin Mas’ud Al Hudaly ke wilayah Kuffah, Abu Darda Al Khozroji ke wilayah Syam, para sahabat-sahabat tersebut telah memberikan corak dinegeri tersebut baik dari sisi fiqih ataupun bacaan al-qur’an, penduduk Syam membaca al-qur’an dengan cara Abu Darda’ hingga sampai zaman kekhalifahan Utsman Bin Affan, dan ketika  zaman khalifah Utsman Bin Affan telah selesai mengumpulkan al-qur’an maka di sebarkan al-qur’an ke wilayah Syam (Qur’an Syamy) quran untuk penduduk Syam dan disertai pengajar yaitu Mughiroh Bin Abi Sihab sebagai pengganti atau penerus Abu Darda, Al Hafidz Ibnu Asakir menyebutkan saat khalifah Utsman Bin Affan memberi mushaf untuk penduduk Syam ada beberapa beberapa kejadian berkaitan dengan bacaan al-qur’an, antara bacaan sahabat Abu Darda dan sahabat Mughiroh.diantara perbedaan tersebut seperti pada lafal وما خلق الذكر والأنثى pada Surat Al-lail, bacaan Abu Darda tidak ada kata  وما hanya kata   الذكر والأنثى خلق, sementara dalam Mushaf Sayyidina Utsman tertulis kata    وما  wallahu a’lam .
Wilayah Syam punggawa qiroahnya adalah Ibnu Amir yang dari generasi ke generasi.  Bacaanya bersambung sampai  Sayyidina Utsman dari jalur Mughiroh Bin Abi Sihab Al Mahzumi, sebagaimana Imam Ibnu Jazari menyebutkan bahwa ahli Syam menisbatkan bacaan tersebut ke Sayyidina Utsman, dan yang masyhur dengan penguasaan bacaan tersebut adalah Imam Hisyam dan Ibnu Dakwan serta Walid Bin Utbah, sementara Ibnu Amir sendiri banyak teratsar dari sahabat lain juga seperti Abu Darda’, Fadhollah, washilah,  dan sahabat lain, tetapi sebagaimana disampaikan Imam Nafi bahwa wilayah Fars menggunakan bacaan Sahabat Utsman, Imam Ibnu Jazari dalam Annasr menyatakan bahwa Damaskus dan seluruh wilayah Syam sampai jazirah Furotiyah ( wilayah perbatasan yaitu  wilayah yang membentang di timur laut Suriah dan barat laut Irak serta Turki bagian Tenggara) semuanya menggunakan bacaan Ibnu Amir, hal itu belangsung sampai sekitar tahun 500 H, sehingga datang qori dari wilayah Iraq dengan bacaan Imam Adduuri dari Abi Amr, Kemudian  bacaan ini menjadi umum dipakai dan menjadi bacaan wilayah Syam. dan pada ahirnya berlangsungnya Zaman wilayah Syam pada zaman Atruk yang menganut madzhab Imam Abu Hanifah ( Turki Utsmani menjadikan bacaan Imam Hafs sebagai bacaan resmi karena rasa Cintanya dengan Madzhab Imam Abu Hanifah), Imam Abu Hanifah menggunakan bacaan Hafs dari Ashim.
 
 
BASROH ( Wilayah Bgian Iraq)
Basrah adalah kota ditimur Irak berbatasan dengan wilayah Kuwait saat ini. Kota ini dibangun pada zaman Khalifah Abu Bakar berlanjut ke Khalifah Umar Bin Al Khotob berlanjut ke Daulah Bani Abasiyah.
Para sahabat utama juga menetap diwilayah Basroh untuk mengajarkan al-qur’an diantaranya Abu Musa Al-Asyari, sebagaimana diketahui bahwa ulama Basroh juga mengikuti ulama Hijaz, (Makkah-Madinah) maka tersebarlah bacaan Hijaz, pada tahun 200 H, Basrah menggunakan bacaan Imam Abu Amr, ( bagian Sibh Hijaz) dan Imam Ya’qub (penduduk utama Basroh), dan kemudian pada abad ke 5 bacaan Imam Abu Amr mendominasi dibanding bacaan Imam ya’qub dan menjadi bacaan utama hingga datang masa Atruk (Turki Utsmani dan bacaan Ibnu Amr menjadi hilang), ulama Basroh sangat mendominasi dalam hal Kitabah dan Dobt mushaf  seperti Abu Aswad Adduali pakar nahwu, Nasr Bin Ashim Allaisi, Yahya Bin Ya’mar Al-Adwani yang memberi syakal quran pada masa Hajaj, dan sampai pada masa zaman Ahmad Bin Kholil Al Farahidi yang menjadi pelopor penggunaan titik dalam segala tulisan resmi  W 170 H.
KUFFAH (Wilayah Bagian Iraq)
Kuffah adalah negeri dahulu masuk wilayah Persia ditaklukan Zaman Kholid Bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar dan Saad Bin Abi Waqas pada masa Khalifah Umar berlanjut ke Daulah Abasiyah, letaknya antara Baghdad dan  Basroh (perbatasan Kuwait sekarang).
Sebagimana diketahui penduduk Kuffah memegang fiqih dan bacaan pada masa itu adalah fiqih dan bacaan sahabat Abdullah  Masud Al Hudaly, beliau termasuk salah satu sahabat yang paling tahu tentang al-qur’an, bacaan Abdulah Bin Mas’ud adalah dialek Hudail bukan Quraisy, sebagaimana diketahui bacaan terahir adalah dialek quraisy. pada masa Utsman Bin Affan ketika disampaikan mushaf yang di Tulis Zaid Bin Tsabit atas perintah Utsman untuk dikirim ke Kuffah dengan Qori Abu Abdurrahman Assulami ada penolakan dari penduduk Kuffah dan termasuk sahabat Abdullah. setelah itu sebelum beliau wafat beliau kembali ke-Madinah dan bertemu dengan khalifah Utsman serta ahirnya menerima bacaan dari apa yang di sampaikan sahabat Utsman, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Mujahid  dalam Assab’u  Berkata Sulaiman Al A’masy aku mendapati penduduk Kuffah mereka tidak membaca sebagaimana bacaan Zaid, semua membaca dengan bacaan Abdullah Bin Mas’ud, bacaan Zaid hanya dibaca satu atau dua orang saja, sebagaimana disebutkan oleh  Sulaiman Al A’masy.
Setelah Abu Abdurrahman berusaha mengajarkan dengan sungguh-sungguh bacaan sahabat Ali maka pada  ahirnya penduduk Kuffah menggunakan bacaan dengan mushaf yang telah Zaid Tulis (Mushaf Utsman ),  dan bacaan tersebut adalah bacaan sesuai dengan sahabat Ali Bin Bi Tholib, dan hanya satu atau dua orang yang masih menggunakan bacaan dari shabat Ibnu Mas’ud.
Pada zaman Hajaj Bin Yusuf. Menteri ( pada masa Malik Abdul Malik Bin Marwan Daulah Bani Umayyah) bacaan sahabat Ali ini menjadi wajib untuk seluruh negeri Kuffah (sesuai dengan Mushaf Utsman).sampai terjadi fitnah terhadap bacaan Hudail ( Ibnu Mas’ud) bahwasannnya bacaannya(Hudail) hanya lisan arab saja tidak dari Nabi, padahal bacaan Hudail adalah diantara Ahrufiisabah pada masa awal Nabi dan sahabat. sebagaimana tertera dalam sunan Abu Dawud.
Pada zaman Hajaj Bin Yusuf ulama yang mengajarkan al-qur’an digaji dengan besar, pada masa Hajaj di Basroh ada lajnah khusus yang membidangi Al-quran dibawah kekhalifahan atau Negara, dan Hajaj Bin Yusuf sangat perhatian terhadap para pecinta Al qur’an, bahkan Hajaj termasuk diantara para orang yang termasuk paling fasih dalam bacaan al-qur’an, sebagaimana yang di sampaikan Abi Amr Bin Alaa’ bahwa diantara yang paling fasih adalah Hajaj dan Hasan Al-Bashri, tetapi Hasan Al Bashri lebih fasih, dan beberapa perkataan ulama lainnnya terkait kefasihan Hajaj Bin Yusuf As-saqofi. Hajaj adalah yang juga paling semangat dalam menyebarkan bacaan al-qur’an dengan dialek quraisy dan meniadakan dialek Hudail, wallahu a’lam.
Berkata Ibnu Auf jika aku mendengar bacaan Hajaj maka aku tau bahwa Hajaj sangat mendalami al-qur’an (bacaan), Imam Ad-dzhabi menyebutkan riwayat tentang Marwan dan Hajaj terkait bacaan  bahwa ahli tafsir Madinah yaitu Abdurrahman bin Zaid Bin Salam berkata kami berada dimajlis Abu Ja’far Al-Qori ( guru Imam Nafi’) kemudian Imam Nafi berkata wahai Abi Ja’far darimana syaikh mengambil bacaan seperti ini dan ini? Maka Abu Ja’far berkata dari seorang qori Marwan Bin Hakam (pada zaman Malik Bin Marwan ) kemudian ia berkata lagi dari mana bacaan ini dan itu didapatkan? dari seseorang yang membaca dari Hajaj Bin Yusuf, maka ketika mendengar itu Imam Nafi’ mengikuti  hal itu, hal ini menunjukkan kesungguhan Hajaj dalam hal bacaan qur’an yang bacaan itu adalah bacaan sahabat Madinah (Hijazy) yang merupakan bacaan umum sahabat Muahjirin dan Ansar, maka Hajaj sangat menerapkan bacaan  Ustman yang sesuai dengan bacaan sahabat Ali. Dengan demikian Kuffah memiliki dua bacaan yang utama yaitu dari bacaan Sahabat Ali Bin Abi Thalib Al Qurasy dan Abdullah bin Masud Al Hudali, bacaan sahabat Abdullah adalah bacaan yang gharib bagi penduduk  Hijaz, dialek ini lebih mendekati dialek  Bani Tamim An Najdiyah.dan Hajaj adalah yang paling getol menentang dialek selain quraisy. Diantara dialek yang ada diarab adalah Quraisy, Tamim, Hudzail, Hawazin, Tsaqif, Kinanah, dan Yaman.
Lajnah yang khusus dibentuk Hajaj bertugas mengajarkan al quran sesuai dengan mushaf sahabat Utsman bin Affan  dan jika ada yang menyelisihi maka harus ditiadakan (bacaan dialek Hudail dari Ibnu Masud), para pengajar qiroah ini dibayar dengan 60 dirham, dan jika ada yang menyelisihi dialek qurasy maka akan ada hukuman. bahkan para sahabat-sahabat Abdullah bin masud sampai mengubur muhaf-mushafnya  karena takut dengan Hajaj sebagaimana yang dilakukan Al Harits Bin Suwaid At Taimy, keterangan ini disampaikan oleh Imam Zamahsary dalam Al Kasyaf ketika menafsikan Surat Al Fath.
Pada masa inilah al-qur’an yang dahulu kala tidak ada tanda baca atau syakal dimulai di beri syakal, Khalifah Abdul Malik meminta Hajaj agar memberikan perhatian khusus pada bab berkaitan dengan tulisan al-qur’an ini, maka Hajaj kemudian menunjuk dua oarng ahli yaitu Nasir Bin Asim dan Yahya Bin Ya’mar kedua ulama ini adalah murid dari Abu Aswad Adduali dan mereka berdua mengikuti bacaan sahabat Ali. mushaf yang diberi syakal pada masa ini adalah sesuai dengan bacaan Imam Ali dan sahabat Utsman juga Zaid Bin Tsabit ( sesuai dengan dialek quraisy). Berbicara penyebaran al quran di Kuffah atau Basrah pada masa Hajaj sangat panjang sekali.
Tetapi meskipun usaha Hajaj ini tergolong proyek besar namun yang terjadi dilapangan adalah bahwa Bacaan di wilayah Kuffah pada ahirnya bermacam-macam dan masih tersebar dialek Hudail. Berkata Imam Ashim Al Bahdaly aku mendengar Hajaj berkata: bahwa jika aku mendapati bacaan Ibnu Umi Abdin( Abdullah bin Masud ) maka akan Aku pukul tengkuknya’’ hal itu disampaikan juga didepan A’masy, maka A’masy berkata: dalam hatinya  sungguh aku akan bacakan dialek Hudail meskipun didepanmu’. Ibnu Kasir menyebutkan beberapa riwayat yang menyatakann bahwa Ibnu Masud telah kembali kebacaan mushaf Imam (dialek quraysy) yang telah disepakati (ijma sahabat) Pada khalifah Utsman.
Sebagaimana diketahui bahwa ketika Khalifah Utsman menyebarkan mushaf ke wilayah Kuffah ia juga mengutus juru baca yaitu Abdurrahman Assulamy yang mengajarkan Mushaf Utsman (dialek qurasy), yang beliau mengambil dari bacaan Sahabat Ali, dari darinya Imam Ashim mengambil bacaan itu.
Perbedaan dialek  bacaan ini menjadi masalah politik Hajaj dalam mengatur kekuasaanya yang sedikit banyak berpengaruh ke penduduk Kufah, sebagian ada yang tidak menyukai dan sebagian menjadi masalah perbedaan dalam hal ikhtilaf bacaan, seperti halnya dalam masalah Hamzaah. Diriwayatkan dari Imam Malik bahwasannya beliau membenci  orang yang membaca dengan Nabr atau menampkakkan Hamzah, karena dalam lughoh quraysy hamzah tidak ditampakkan dalam bacaan sebagaimana kalimat Mumin, Yajuj, Majuj, Dibu, dan lain-lain hamzah ini adalah lughoh Ahli Hijaz atau kaum Ansar, sebagaimana dalam Misbahul Munir bahwa Kata Ra’su adalah dibaca dengan Mahmuz (menggunakan hamzah ) sementara Bani Tamim tidak memakai Hamzah, dalam Al Mudawwanah ketika Imam Malik ditanya tentang orang yang shalat dibelakang imam yang membaca dengan dialek Ibnu Mas’ud, beliau berkata: tinggalkan dan jangan ikuti imam tersebut, karena Imam Malik dalam bacaan sepakat seperti Hajaj.
Meskipun usaha Hajaj untuk melegalkan bacaan secara resmi diseluruh Kuffah dengan bacaan sahabat Sahabat Ali(dialek quraysy) tetapi bacaan Ibnu Masud tetap ada, Imam Ashim yang kemudian menjadi punggawa bacaan di Kuffah bacaanya berkisar antara bacaan Ibnu Masud Al-Hudali dan bacaan Ali Al Qurasy, dan yang banyak berkembang adalah bacaan yang terasar dari Ibnu Masud sebagaimana diketahui contohnya dalam bab Hamzaah, Hamzah ini adalah dialek Hudail bukan lughooh qurayis, dan bacaan Ashim ini tersebar luas diwilayah Kuffah. Kemudain baru datang Imam Hamzah dari Persia, yang kemudian mengenalkan bacaan yang dibilang cukup berbeda dari yang lain, sebagian ada yang mengatakan dari jalur Ubay Bin Ka’ab, dan hingga berlangsungnya waktu, bacaan Ahli Kuffah kemudian menjadi bacaan Imam Hamzah Bin Hubaib Aziyad, sebagaimana Ibnu Mujahid menyatakan hal itu meskipun bacaan Hamzah dikenal dengan banyak bacaan Syadnya.
Pada masa selanjutnya bacaan Kuffah juga diwarnai dengan bacan dari wilayah Basroh yaitu bacaan Adduri dari Abi Amr sampai beberapa kurun,. Sampai muncul Atruk (Turki Utsmaniy) dan berlanjut lagi bacaan Ashim, seperti wilayah, Najas, Karbala, pun demikian orang-orang Syiah Mereka membaca dengan Riwayat Hafs (Meskipun syiah tidak memiliki riwayat tentang bacaan al-qur’an sebagaimana Ahlus Sunnah), wilayah Baghdad juga tersebar bacaan Imam Kholaf meskipun sedikit

UTARA AFRIKA DAN WILAYAH ANDALUSIA
Wilayah Afrika dahulu dibuka oleh Khalifah Utsman dibawah pasukan Abdullah Bin Sa’ad Bin Abi Syarh tahun 27 H. diantara pasukan yang ikut adalah Abdullah Bin Zubair, Abdullah Bin Umar, dan Abdullah Bin Abbas, kemudian pada petengahan qurun pertama Uqbah Bin Nafi Al Fahiri delegasi khusus yang melanjutkan pengajaran diwilayah Afrika dan dilanjutkan pada zaman Hisan Bin Nu’man tahun 78 H.
Dan selanjutnya bacaan yang tersebar diwilayah Afrika adalah bacaan Ibnu Amir, bacaan ini muncul ketika Umar Bin Abdul Aziz mengutus para dai diwilayah ini, diantaranya: Ismail Bin Abdullah Bin Abi Muhajir dengan bacaan Ahlu Syam yaitu Ibnu Amir Al Yahsibi, Ismail Bin Ubaid Al Ansari peletak Masjid Qoiruwan kemudian  berkembang Madrasah Qiroah sabagaimana Madrasah Abu Darda di Syam, demikian pula wilayah Andalusia membaca dengan bacaan Ibnu Amir Asy Syami, karena pasukan yang menaklukkan wilayah Andalusia membaca dengan bacaan Ibnu Amir. Dalam Madzhab fiqih mereka bermadzhab Al Auzai yang menyebarkan adalah So’soah Bin Salam (W 192), demikian juga wilayah Maghrib membaca dengan bacaan Hisyam dari Ibnu Amir sampai kurang lebih Satu Qurun.
Tahun keduaratus didaerah Qairuwan tersebar bacaan Hamzah yang datang dari para qari Kuffah dan Baghdad pada masa Abasiyah,  Qiroah Imam Nafi masih sedikit, dan yang menyebarkan Qiroah Nafi ke Qairuwan adalah Ghazi Bin Qais (W 199 H). beliau pula yang memasukkan Muwatha Imam Malik ke Andalusia.. baru  qiroah Warasy  dari Nafi masuk kesana bersamaan dengan masuknya Mahzab Maliki.sebagaimana hal ini dinukil Ibnul Jazari yang bersumber dari Abdul Somad Al Utaqi sahabat Imam Malik, bahwa bacaan Ahli Andalus adalah bacaan Imam Warasy(Nafi).
Imam Ibnu Furodi menyebutkan bahwa Muhammad Bin Khairuwan (W 306 H) orang yang mengganti bacaan  Hamzah menjadi bacaan Nafi diwilayah Afrika. tetapi pendapat lain menyatakan bahwa sebelum itu juga sudah tersebar bacaan Imam Nafi.hal ini sebagaima dikenal Yaman Shahnun (Abu Said Abdussalam Sahnun Bin Said Bin Habib Attanuhi W 240 H ulama Malikiyah yang lahir di Qoiruwan yang belajar dari Sinan Al Qoiruwani yang merantau ke Iraq dan bertemu Imam Kisai. .
Dan ini menjadi pesat ketika perubahan dari Mahzab Kuffah ( Mahzab Hanafi dan bacaan Hamzah) menjadi Mahzab Madinah yaitu Maliki dan Qiroah Nafi) satu corak antara bacaan dan madzhab fiqih berbeda dengan sebelumnya Mahzab Hanafi bacaan Hamzah. hal ini setelah Sahnun dan murid-muridnya menyebarkan bacaan-nya. hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Imam Iyad dalam Al Madarik ‘’bahwasannya daerah Afrikiyah dan disekitar Maghrib pada  mulanya adalah Mahzab Kufiyun baik fiqih dan qiroat, hingga masuklah Ali Bin Ziyad dan Ibnu Asras dan Bahlul Bin Rasyid dan sesudahnya yaitu Asad Bin Faroot dan Yahya bin salam dan yang lain dari Mahzab Maliki, sampai datang Sahnun hingga terseberlah dengan merata diwilayah Maghrib dan semua diperintahakan untuk memakai bacaan Nafi, sehingga Tunisia juga memebaca dengan bacaan Ahlul Madinah yaitu Nafi Riwayat Qolun, dan ahli Maghrib (Maroko) bacaan Waras Al Mishri dari jalur Yusuf Al Azraq Al-Madini.

Secara ringkas jika dibatasi sampai pada tahun ke 300 H, yaitu pada zaman Imam Mujahid yang digelari Musaba Sab’ah ( yang mengumpulkan riwayat bacaan Imam yang 7) Qiroah sab’ah. Penduduk Madinah membaca dengan bacaan Imam Nafi’ Ahlul Makkah membaca dengan qiroah Imam Ibnu Kasir, Ahlus Syam Qiroah Ibnu Amir, Basroh  Qiroah Abi Amr dan Ya’qub, penduduk Kufah dengan bacaan Imam Ashim dan Hamzah, berkata Maki Bin Abi Thalib bahwa manusia pada tahun ke 200 H di Basrah membaca dengan bacaan Imam Abu Amr dan Ya’qub, Kuffah Hamzah dan Ashim,  Syam Qiroah Ibnu Amir, Makkah Qiroah Ibnu Kasir dan Madinah Imam Nafi hal itu berlangsung sampai awal tahun Ke 300 H, yang mulanya Ibnu Mujahid menetapkan Imam Ya’qub dan menggantinya menjadi Imam Kisai, meskipun bacaan Ya’Qub Masyhur pada zamannya di Basroh tapi beliau menganggap bacaan Ya’qub mata rantai sanadnya terputus, meskipun secara bacaan Imam Kisai sedikit tetapi secara sanad cukup dikenal diwilayah Kufah.
Pada masa Imam Mujahid penyebaran Qiroah  Hafs dari Ashim tidak begitu Masyhur diwilayah Kufah yang masyhur adalah Su’bah dari Ashim, beliau mengatakan para pengajar di Kuffah dari bacaan Imam Hafs hanya Abu Bakar Bin Iyas ( Imam Syu’bah) W 193 H dan Hafs Sulaiman Al Asadi W 180 H, dan yang masyhur adalah bacaan Hamzah Bin Hubaib Aziyat.bisa dilihat pada bagan diblog ini dengan judul mengenal Imam qiroat.
Pada abad ke lima hijriyah Qiroah Ya’qub mendominasi diwilayah Basroh,  sebagaimana yang disampaikan Imam Abu Amr Ad-Dani 444 H, bacaan Ya’qub menjadi bacaan Ahlul Basroh setelah Abi Amr  berkata  Imam Thohir Bin Ghulbun,  bahwa para imam tidak membaca kecuali dengan bacaan Imam Yaqub.
Adapun Ahlu Syam bacaan mereka bacaan Ibnu Amir sampai abad ke 5 hijriyah , sampai datang salah satu quro yaitu Ibnu Tawus yang mengajarkan bacaan Imam Dauri dari Abi Amr yang menggeser bacaan Ibnu Amir, sebagaimana Imam Ibnu Jazari menyampaikan hal itu bahwa Ahlu Syam membaca dalam qiroah, shalat dan bacaan quran lainnya menggunakan bacaan Ibnu Amir sampai  awal abad ke 5. dan yang mengajarkan bacaan Ibnu Amr adalah Imam Thawus.
Imam Warasy adalah syaikh quro dari Mesir kemudian berguru kepada Imam Nafi dan menghatamkan 4 kali kahtatam, kemudian kembali ke Mesir dan menyebarkan bacaan Nafi ke wilyah Maghrib dan ke penjuru Afrika, kemudian juga yang ikut memperluas tersebarnya qiroah Nafi karena Mahzab Ahlul Maghrib dalam fiqih adalah Imam Malik yang Imam Malik membaca dengan Qiroah Imam Nafi. Kecuali Maghrib Adna Libiya dan Tunisia mereka lebih banyak dengan riwayat Qalun. demikian juga seperti Chad mereka lebih menyukai bacaan Qolun karena mudah yaitu tidak adanya bacaan Mad yang begitu panjang atau Imalah yang ada pada bacaan Imam Warasy.
Riwayat Imam Adduri dari Abi Amr mendominasi wilayah Iraq, Hijaz dan Yaman Syam. Mesir, Sudan Afrika Bagian Timur, sampai abad ke 10 hijriyah.
Disaat bacaan Imam Ibnu Amr mendominasi wilyah Iraq, Hijaz, Yaman, Syam, Mesir, Sudan dan Afrika Bagian Tengah, bacaan Imam Hafs An Ashim muncul diwilayah Turki Utsmani, dari sinilah kemudian Turki Usmani menyebarkan para Guru, Hakim, ke seluruh penjuru dengan Qiroat Imam Hafs An Ashim, demikian juga mushaf ditulis dengan cara bacaan Imam Hafs An Ashim. Sedikit demi sedikit bacaan Imam Hafs ini menggeser bacaan Ad-daruri dari Abi Amr, sejak saat itu bacaan Adduri menjadi sedikit di wilayah Arab hanya tersisa diwilayah Yaman, Sudan, Sebagian Afrika, hal itu bisa diketahui pada tahun 1370 H ulama wilayah Hadramaut Yaman mengarang Kitab Tajwid dengan Qiroah Adduri, Sementara Bacaan Imam Hafs susah masuk ke daerah Hadramaut karena kuat memegang Mahzab Imam Malik dengan bacaan Abi Amr Atau Nafi berkata Ibnu Asyur dalam Tarir Wa Tanwir .
Imam Ibnu Jazari  Tahun 751- 833 H beliau hidup pada masa Timur Leng di Mesir, beliau mengatakan pada zamannya Syam Hijaz, Yaman, Mesir mereka membaca dengan qiroah Adduri dari Abi Amr, Zamahsyari Al Hurosani W 538 H. menulis tafsir Al Kasyaf  dengan bacaan Abi Amr, demikian Tafsir Al wasit  Imam Al Wahidi, Imam Abi Suud menulis tafsir Irsyad Al aql dengan riwayat Imam Hafs diwilayah Turki, sedangkan bacaan Qolun An Nafi juga tersebar diwilayah Yaman, Imam Syaukani 1250 H menulis tafsir Fathul Qadir dengan riwayat Imam Nafi, demikian Imam Son’ani Dalam Mafatih Ar Ridwan, Wallahu A’lam

4 komentar:

  1. Assalamu'alikum, maaf mas/bapak,
    saya sangat berterimakasih adanya tulisan ini, sangat membantu untuk penelitian skripsi saya,

    mau tanya apakah ada tulisan-tulisan njenengan yang membahas tentang aspek kesejarahan adanya baacaan saktah dan naql dalam ilmu qiroat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Saktah dalam bacaan ada sebagai kaidah ushul qiroat ada juga sebagai kaidah Farsy Huruf dalam Qiroat
      Sebagai kaidah Ushul
      1.saat Basamalah digabungkan dalam bacaan dua surat, seperti Riwayat Warasy, Abu “Amr, dan Ibnu,”Amir.
      2.Saat Al-Ta’rif bertemu Hamzah Qotho’, sperti pada Riwayat Imam Kholaf (Qiroat Hamzah AL Kufi) saat Waqof = Saktah & Naql, saat Washol= Saktah juga Imam Kholad saat Waqof = Tahqiq, Saktah & Naql, sementara saat Washl = Tahqiq &Saktah
      3. Tanwin/ Nun Sukun bertemu Hamzah Qotho, Riwayat Imam Kholaf. seperti saat Waqof= berati dibaca Tahqiq, Saktah & Naql jika dibaca washol Washl= Tahqiq &Saktah.
      4. Mim jama’ bertemu Hamzah Qotho Riwayat Imam Kholaf seperti saat dibaca Waqof/Washol=Tahqiq &Saktah
      5.Pada Lafadz Syai’ in/an maka menurut Riwayat imam Kholaf jika washol maka dibaca saktah, dan qiroat imam Kholad jika dibaca washol tahqiq dan saktah
      Saktah sebagai Kaidah Farsy huruf dalam qiroat
      Imam yang tujuh , dan juga Qiroat Ashim Riwayat Hafs sperti pada Mushaf yang Umum Beredar dan di tandai dengan Tanda Khusus pada bacaan yang ada bacaan saktah sekitar 4 tempat).
      قرأ حمزة بالسكت على الساكن قبل الهمز بخُلف عنه ، وأما بقية القراء فمذهبهم عدم السكت،
      ولحمزة في ذلك تفصيلات مُبيَّنة ، وفيما يلي توضيحها :
      مذاهب القراء ال 􀂁سبعة في ال 􀂁سكت على ال 􀂁ساكن قبل الهمز :
      ...........................وَعِنْدهُ رَوَى خَلَفٌ في الْوَقْفِ سَكْتًا مُقَلَّلاَ
      وَيَسْكُتُ في شَيْءٍ وَشَيْئًا وَبَعْضُهُمْ لَدَى الَّلامِ لِلتَّعْرِيفِ عَنْ حَمْزَةٍ تَلاَ
      وَشَيْءٍ وَشَيْئًا لَمْ يَزِدْ...............
      Wallahu a’lam

      Hapus
  2. Di manakah bacaan qiroat Imam Ashim Syu'bah

    BalasHapus