Melengkapi
Postingan Sebelumnya Hadf dan Isbat dalam surat Al-Fatihah
3.Kalimat
Kalimat
Shirooto ini dalam al-quran berjumlah 45 Tempat yang tersebar dalam
banyak surat baik dalam keadaan Ma’rifah atau Nakiroh .Yaitu:
Al-Fatihah
Ayat 6, 7, Al-Baqarah Ayat 142, 213, Ali Imran Ayat 51, 101, An-Nisa Ayat 68,
175, Al-Maidah Ayat 16, Al-An’am Ayat 39,87,126,153,161, Al-A’raf Ayat 16, 86, Yunus
Ayat 25, Hud ayat 56, Ibrahim Ayat 1, Al-Hijr Ayat 41, An-Nahl Ayat 76, 121,
Maryam ayat 36, 43, Thoha ayat 135, Al-Hajj Ayat 24, 54, Al-Mukminun Ayat 73,
74, An-Nur Ayat 46, Saba’ Ayat 6, Yasin Ayat 4, 61, 66, As-Shofaat Ayat 23,
118, Shood Ayat 22, Syuro Ayat 52, 53, Az-zukhruf Ayat 43, 61, 64, Al-Fath ayat
2, 20, dan Al-Mulk ayat 22.
Imam
Abu Dawud dalam kitabnya Muhtasor Tabyiin Lihijail Tanziil mengatakan
bahwa sebagian Mushaf-Mushaf Ustmani yang ada(muhaf dahulu), Kalimat Shirootun
ini ditulis dengan hadf alif (tidak memakai alif) antara huruf ‘’Ra’’
dan huruf Tho’’ dimanapun letak dan keberadaannya baik dalam keadaan Nakiroh
atau Ma’rifat dan sebagian lagi ditulis dengan Isbat Alif (
memakai Alif) dan cara keduanya hasan ( baik ), dan saya ( Imam Abu Dawud lebih
memilih dengan hadf alif ( membuang alif)-dalam
Mushaf cetakan Masyriq atau Timur Tengah alif ini ditandai dengan alif kecil
(alif khonjariyah)
Imam
Abu Amr Addani dalam Al-Muqni Mendiamkan kalimat ini, dengan
didiamkannnya kalimat ini menurut Madzhab Ad-dani bahwa penulisan shiroot
ini ditulis dengan isbat alif ( menetapkan penulisan alif antara huruf
“Ra” dan “Tho” secara umum, dan juga di kembalikan dengan wazan dari 7 wazan
yaitu dengan wazan Fi-Aalun(kasroh fa), secara umum menurut Madzhab Imam
Abu Amr Ad-dani bahwa kalimat-kalimat yang didiamkan pembahasannya dalam Al-Muqni
maka kembali mengikuti wazan shorof yang 7 (dalam hal ini Isbat adanya),
sebagaimana para pensyarah menyatakan akan hal itu. seperti Al-Wasilah oleh Imam As-Sakhowi, Al-Jamilah
oleh Imam Al-Ja’bari, Talhis Al Fawaid oleh Imam Ibnu Al-Qoosih. Imam Ad-dani
menyatakan bahwa Riwayat dari Muhammad Bin Isa menyatakan penulisan alif
setelah huruf ‘’ro’’ diisbat semua, kecuali pada tiga tempat yaitu
kalimat Turooba Arra’du ayat 5, An-naml Ayat 67, dan An-naba 40. Dan
juga syarah dari kitab Al-Aqilah Imam Syatibi W 590 H. yaitu At-tibyaan
milik Imam Ajathoo As-sonhaaji, Tanbihul Athsyaan milik Imam Abi Ali Ar-Rajraji,
Dalilul Khairoon Imam Abi Ishaq Al-Maroghini, dan juga syarah kitab Mawaridud
Doman Imam Khoroz W 718 H, yaitu Irsyadul Quro Wal Katibiin milik Imam Al-Mukholilati, Syamiruttolibin
oleh Imam Muhammad Ali Ad-doba, juga
beberapa keterangan dalam pembahasannya oleh Dr. Syafaat Rabbani Al-Alifaat
Alati Sakata Anha Ad-daniyu dan beberapa makalahnya, dan karya syaikh Dr.
Ghonim Qoduri Al-Hamd Al-Muyassar Fi
Ilmi Rasm Al Mushaf walaupun beliau merojihkan yang Hadf.
Dalam
Nasrul Marjan dijelaskan adapun alif setelah huruf ra menjadi
khilaf antara yang mengisbat dan yang menghadf, Imam Ad-dani dan Imam
Asy-Syatibi tidak memaparkan kalimat ini, hanya saja Imam Ad-dani dalam qoidahnya
menyatakan dan demikian diisbatkan Alif pada setiap kalimat yang memakai wazan Fa-Aalun
dan Fi-Aalun, dengan fathah ‘’fa’’atau kasroh fa. selesai’’
Muhammad Bin Ghauts Al-Arkati Al-Hindi
Mana
yang rajih?
Imam
Al-Khoroz menyandarkan kepada Imam Abu Dawud tentang tatacara penulisan kalimat
Shiroot kedalam dua cara yaitu Isbat dan Hadf, dengan
tidak Merojihkan salah satunya dan keterangan ini juga diikuti beberapa
pensyarah selanjutnya terhadap kitab Abu Dawud, berkata Imam Ibnu Al-Qodhi Hadf
adalah pilihan dalam At-Tanzil, sementara Imam Ad-dani mendiamkannya
sehingga dipahami dengan pendiamannya terhadap kalimat
ini, maka masuk kedalam Isbat adanya, sebagaimana qoidah dalam Al-Muqni,
“Isbat Alif Adalah Pada Setiap Kata Dengan Wazan (fi-aalun) atau fa-alun’’, demikian keterangan Imam
Mukholilati yang dinisbatkan ke Ad-dani dalam penetapan(Isbat) alif dalam
kalimat ini, dan juga diikuti beberapa para ulama, bahwa Isbat Alif adalah setiap
kalimat yang dibangun atas wazan fi-aalun(),
sementara walaupun ikut dalam wazan fi-aal tetapi tidak dipaparkan oleh Imam
Ad-dani maka itu pengecualian dan adanya riwayat yang menyatakan sampai
kepadanya. Seperti lafadz Kitaabun.
Prof.
Dr. Ahmad Kholid Syukri dalam keterangannnya di Majalah Ma’had Imam Syatibi
Lidirosah Qur’aniyah dengan judul At Tarjih Wa Talil Libadi
Kalimatit Tanzil Saudi adad ke-tiga Jumadil Akhiroh, menyatakan: bahwa yang
rajih bagi saya adalah Isbat adanya, karena lafadz dengan wazan (fi-aalun)
lebih banyak daurnya-penggunaannya dan kebanyakannya
adalah Isbat, karena lebih mudah dipahami dan diucapkan secara umum, dan juga adanya kebolehan menulis
dengan salah satu dari dua cara.
Imam
Muhammad bin Ied (Imam Mukholilati) sebagaimana pernyataan diatas tadi, beliau
juga merojihkan yang Isbat adanya, hal ini bisa dilihat pada Mushaf
Mukholilati Mesir cetakan tahun 1308 H. oleh Maktabah Bahiyah Mesir dan juga
dalam kitabnya Irsyadul Quro Wal
Katibin, walaupun menurut ulama Mesir setelahnya, bahwa pilihan Imam
Mukholilati dianggap kurang tepat, sehingga pada cetakan selanjutnya kalimat Shiroot
menjadi Hadf Alif, dan ketika terjadi khilaf antara Abu Dawud dan Ad-dani
dipilihlah Imam Abu Dawud dan perojihan Hadf Alif juga banyak diaminkan para
ulama, artinya antara yang menghadf dan yang mengisbat sama dalam pembahasan
para ulama, hanya saja mushaf yang beredar di wilayah Masyriq semua mengahadf
alif karena merojihkan pendapat Imam Abu Dawud dalam At-Tanzil sebagaimana
tertera dalam Halaman tambahan belakang Mushaf, sementara yang mengisbat alif
adalah Madzhab Imam Ad-Dani yang banyak diperaktikkan diluar Arab Masyriq.
Ibnu
Watsiq Al-Andalusi wafat tahun 654 H, dalam Risalah Fi Rasmil Mushaf menyatakan
“dan pada mushaf-mushaf terdahulu penulisan kata
dimanapun tempat dan mulhaqnya ditulis dengan Hadf Alif
tetapi yang masyhur adalah Isbat Alif
Dengan
demikian bahwa penulisan sirot dalam mushaf yang menggunakan alif secara
sorih
atau siroh tanpa alif dengan alif
khonjariyah(alif kecil), sama-sama ada rujukannya dari para ulama, sehingga secara riwayat
kedua cara penulisan ini adalah Utsmani. Oleh karenanya Mushaf Standar Kemenag dan Standar Madinah
atau Mesir sama-sama mushaf dengan Rasm Utsmani.