PENYEBARAN QIROAH AL QURAN DALAM WILAYAH ISLAM
Pada umumnya bagi kaum muslimin
saat ini hanya mengenal satu macam qiroah atau bacaan dalam membaca
mushaf al quran, terutama kaum muslimin yang berada jauh dari negeri Arab
Masyriq atau Maghrib dan lebih khusus wilayah di luar Maghrib, demikian pula di
wilayah Maghrib ada bacaan-bacaan bagi mereka yang juga tidak begitu popular
karena lebih popular satu atau dua bacaan.
Kaum muslimin diluar Arab memilih satu bacaan yang mudah baginya
dan juga karena banyak dan umum digunakan, kita sebut saja bacaan mushaf dengan
Riwayat Imam Hafs Qiroah Imam Ashim, bacaan ini bukan hanya popular diwilayah Arab
Masyriq saat ini, tetapi juga seluruh penjuru umat islam didunia pada
kebanyakannya.
Riwayat Hafs Adduri dari Abi
Amr Al Bashri, bacaan yang popular dipakai
diwilayah Arab Maghrib seperti Somalia, Sudan, Chad, Nigeria, dan Afrika Tengah
secara umum.
Riwayat Warasy Al Misri dari Imam Nafi Al Madini adalah bacaan yang
popular pula di gunakan di wilayah Arab Maghrib Aqsa, seperti Al Jazair, Maroko dan Mouritania dan juga Afrika Bagian Barat seperti Sinegal, Nigeria,
Mali, sampai perbatasan Mesir dan juga sebagian Libiya, Chad, Tunisia, bacaan
ini pada awalnya adalah bacaan yang masyhur di wilayah Mesir sekitar abad kedua
Hijriyah.
Riwayat Imam Qolun dari Nafi adalah bacaan yang popular di negeri Libiya
bahkan menjadi bacaan resmi dan sebagian besar Tunisia.
Riwayat bacaan Imam Hafs dari Ashim adalah bacaan yang pada mulanya
tidak terlalu masyhur disuatu negara atau wilayah hingga pada zaman Turki Utsmani
bacaan ini mulai masyhur dan banyak digunakan dari seluruh Masyriq (Negeri arab
bagian Timur) dan bacaan ini juga yang menjadi bacaan Imam Hanafi dan
pengikutnya, karena imam Hanafi belajar qiroah pada ulama Kuffah, tetapi juga
ada keterangan lain yang memberikan penjelasan bahwa riwayat Hafs bukan masyhur
pada zaman Turki Usmani tapi jauh sebelum itu, akan dijelaskan pada penjelasan
tentang bacaan Imam Hafs secara khusus pada pembahasan selanjutnya.
Tersisanya satu bacaan dari bacaan-bacaan yang ada bisa dibilang
karena seleksi ilmiah masyarakat baik itu karena Madrasah Qiroat, kemudahan dan
kebiasaan yang dibaca, atau karena hanya satu bacaan saja yang mereka kenal
diwilayhnya sehingga hanya satu bacaan yang diajarkan atau bahkan diketahui
bacaan lain oleh karena tidak terkuasainya bacaan yang lain maka tidak
diajarkan waalhu a’lam.
SEJARAH PENYEBARAN QIROAH
QIROAH PADA ZAMAN NABI
Para sahabat mulia mendapat perhatian penting dari Nabi untuk
belajar al-quran langsung dari beliau secara tatap muka, dari sahabat yang
langsung Talaqi dengan nabi ini kemudian menyebar kesahabat-sahabat nabi
yang lain, diantara yang belajar kepada nabi dan mendapat tugas untuk
mengajarkan kepada yang lain adadah Mushab Bin Umair salah satu sahabat yang
mendapat tugas untuk mengajar suku Aus dan Khazraj setelah peristiwa Baiat
Aqobat yang pertama, dari sinilah ghiroh para sahabat semangat untuk
belajar langsung kepada nabi saw diantaranya, Abdullah Bin Mas’ud, Muad Bin
Jabal. Ubay Bin Ka’ab dan Salim Maula
Abi Hudzaifah, juga sahabat-sahabat yang lain.
Para sahabat yang mendalami al-quran ini, mendapat keistimewaan
tersendiri dari nabi saw, bahkan mereka adalah orang yang dicintai nabi, hadis
dari Masyruq menceritakan bahwa nabi
mengabarkan: ambillah bacaan al-quran dari 4 orang, yaitu: Ibnu Ummi Abdin (Abdullah
bin Mas’ud), Muad Bin Jabal, Ubay Bin Ka’ab, dan Salim Maula Abi Hudzaifah.dari
kemahiran para sahabat inilah kemudian masing-masing sahabat menulis mushaf
plus dengan tafsirnya khusus untuk dirinya seperti mushaf Ibnu Masud, Ubay Bin
Ka’ab dan beberapa tafsir sahabat yang lain.
Diantara banyaknya sahabat yang hafal qur’an adalah ketika nabi
mengutus 70 orang sahabat yang dikenal dengan Quro’ yang diperintahakan
untuk mengajarkan Ahlu Nejed, tetapi para Ahlu Nejed membunuh para sahabat ini
dalam Peristiwa Bi’ru Maunah (Hadatsah Biru Maunah ).
Diantara hufadz yang lain adalah Sahabat Abu Bakar, Utsman, Ali,
Abu Musa Al Asyari, Abu Darda, serta sahabat
Muhajirin dan Ansar yang lain .
QIROAH PADA ZAMAN SAHABAT DAN TABIIN
Sepeninggal nabi sampai petengahan abad petama hijriyah, terdapat
sahabat-sahabat yang sangat mendalami bacaan qur’an, dan kemudian melahirkan generasi
atau murid-murid sahabat (Tabiin), Khalif Utsman Bin Afan setelah mengumpulkan mushaf segera menyebarkan dan mengutus para
sahabat untuk mengajarkan al-quran ke beberapa negeri muslim yang telah menjadi
wilayahnya, Abdulah Bin Saib Al Mahzumi ke Makkah, Abu Abdurrahman Assulami Ke
Kuffah, Amir Bin Qais Ke Basrah, Mughirah
Bin Abi Sihab Kewilayah Syam, dan Zaid Bin Sabit di Madinah (Pusat
Pemerintahan).
Pengahafal quran dari kalangan Muhajirin Khalifah yang 4, Saad Bin
Abi Waqas, Tholhah, Abdulah Bin Mas’ud,
Hudzaifah, Salim, Abu Hurairoh, Abu Musa Al Asyari, Abdullah Bin Umar, Abdullah
Bin Abbas, Abdulah Bin Amr Bin Al Ash, Abdullah Bin Saib Al Mahzumi, Abdullah Bin
Zubair, Umahatul Mu’minin ( Aisyah, Hafshah, Umu Salamah).
Pengahafal quran dari Kalangan Ansar, Zaid Bin Tsabit, Ubay Bin Ka’ab, Muad Bin
Jabal, Abu Darda, Anas Bin Malik, Mujami’ bin Jariyah.
Kalau dirinci darai silsilah guru maka
1.Utsman Bin Affan mempunyai Murid Mughiroh Bin Abi Sihab Al
Mahzumi, W 91
2.Ali Bin Abi Thalib berguru padanya Abi Abdirrahman Assulami, Abul Aswad Adualy, Abdurrahman
Bin Abi Laila
3. Ubay Bin Kaab penulis wahyu zaman nabi berguru padanya Abdullah Bin
Abas, Abu Hurairah, Abu Abdurrahman Assulami.
4. Zaid Bin Tasbit Al Ansary penulis wahyu pada masa nabi, Khalifah
Abu Bakar, Utsman Berguru Padanya Abu Hurairah, Abdullah Bin Abas, Abdullah Bin
Umar, Anas Bin Malik
5.Abdullah Bin Masud berguru padanya Al Qomah Bin Al Qois, Aswad
Bin Zayid An-nakhoi, Masyruq Bin Ajdaa, Abu Abdurrahman Assulami,
6.Abu Musa Al Atsary berguru padanya Said Bin Musayyib, Hatton Arroisy, Abu Roja Al
Atoridi,
Para tabiin yang beguru kepada para sahabat seperti Al Qomah, Masyruq
dan Aswad Bin Zayid berguru kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud, Mujahid, Ikrimah dan Atho’ kepada
sahabat Ibnu Abbas, Ubay Bin Kaab memepunyai murid seperti
Abu Qotadah, Abu Aliyah dan para tabiin
yang lain yang masyhur seperti Said Bin Musayyib, Urwah, Salim,
Umar Bin Abdul Aziz, Sulaiman Bin Yasar, Zaid Bin Aslam, Muslim Bin Jundub, Ibnu Sihab Azzuhri, Abdurrahman
Bin Hurmuz, Muad Bin Al Harits yang dikenal Muad Al Qoori, dan para tabiin yang
lain.
Abdullah Bin Saib Al Mahzumi yang berada di Makkah maka berguru
padanya diantaranya Ibnu Kasir Al Makki salah
satu imam qiroat yang 7, Mughiroh Bin Abi Sihab Al Mahzumi yang berada di Syam berguru padanya Abdullah Bin
Amir Adimasqy, salah satu quro yang 7 juga, Abu Abdurrahman Assulami yang berada
di Kuffah mempunnyai murid Ashim Bin Abi Najud, adapun Amir Bin Abdul Qois yang
berada di Basroh secara bacaan bersambung padanya tidak begitu masyhur.
PENYEBARAN QIROAH DALAM BEBERAPA WILAYAH ISLAM
Penyebaran ini qiroat ini secara massif dimulai saat kekhalifahan
Utsman Bin Affan, ketika beliau menyebarkan mushaf yang beliau kumpulkan dan
juga mengutus para juru baca yang menjadi pengajar dinegeri muslim, untuk
meneruskan pengajaran para pengajar al-quran yang telah diutus Khalifah Umar sebelumnya,
secara ringkas 10 qiroat yang ada saat ini bermuara dari
1.Zaid Bin Tsabit yang ditugasi di Madinah melahirkan qiroat Imam
Abu Ja’far Al Madini (Qiroat Ke 8), dan Imam Nafi Al Madini ( Qiroat
Ke 1)’
2.Abdullah Bin Saib Al Mahzumi yang diutus ke Makkah, maka dari
sini qiroat Imam Ibnu Kasir Al Makki dibangun ( Qiroat Ke 2)
3. Mughiroh Bin Abi Sihab Al Mahzumi yang ditus ke Syam yang menjadi cikal bakal Qiroat Imam Ibnu Amir
(Abdullah Bin Amir Asy Syami Qiroat Ke 4)
4. Abu Abdurrahman Assulami yang diutus ke Kuffah melahirkan qiroat Imam Ashim Bin Abi Najud Al Kuffi (Qiroat
Ke 5), Imam Hamzah Al Kuffi( Qiroat Ke 6), Imam Kisai Al Kuffi (Qiroat Ke 7), dan
Imam Kholaf yang mejadi imam Qiroat Ke 10.
5.Amir Bin Abdul Qois yang ditus ke Basrah melahirkan qiroat Abu Amr Bin Alaa Al Bashri ( Qiroat Ke 3),
Imam Ya’qub Al Hadromi Al Bashri (Qiroat Ke 9).
Meskipun secara keberadaan bacaan-bacaan ini juga ada beberapa
atsar-atsar dari bacaan sebelumnya dan setiap bacaan saling bergantian mengisi
satu wilayah ke wilayah lain( populer dari masa kemasa pada suatu wilayah islam saat itu, dan kemudian terseleksi
dengan sendirinya dan menyisakan satu bacaan yang populer di wilayah tersebut.
Ibnu Mujahid menyebutkan bahwa
penduduk Madinah membaca dengan bacaan Imam Nafi’, Makkah Imam Ibnu
Kasir, penduduk Syam Qiroah Ibnu Amir, Basroh Qiroah Abi Amr dan Ya’qub
sedangkan penduduk Kuffah menggunakan Qiroah Imam Ashim dan Hamzah, sampai
qurun tahun ke 300 H’’. selain itu juga di Madinah tersebar bacaan Abu Ja’far
setelah tahun ke 300 H.
SYAM (saat ini
meliputi Palestina, Syiria, Lebanon dan Jordania)
Sahabat-sahabat tepilih yang diutus Oleh Khalifah Umar Bin Khotob untuk
mengajar al qur’an diberbagai wilayah islam saat itu yaitu sahabat Abu Musa Al
Asyari Ke Wilayah Basrah, Abdullah Bin Mas’ud Al Hudaly ke wilayah Kuffah, Abu
Darda Al Khozroji ke wilayah Syam, para sahabat-sahabat tersebut telah memberikan
corak dinegeri tersebut baik dari sisi fiqih ataupun bacaan al-qur’an, penduduk
Syam membaca al-qur’an dengan cara Abu Darda’ hingga sampai zaman kekhalifahan Utsman
Bin Affan, dan ketika zaman khalifah Utsman
Bin Affan telah selesai mengumpulkan al-qur’an maka di sebarkan al-qur’an ke
wilayah Syam (Qur’an Syamy) quran untuk penduduk Syam dan disertai pengajar
yaitu Mughiroh Bin Abi Sihab sebagai pengganti atau penerus Abu Darda, Al
Hafidz Ibnu Asakir menyebutkan saat khalifah Utsman Bin Affan memberi mushaf
untuk penduduk Syam ada beberapa beberapa kejadian berkaitan dengan bacaan al-qur’an,
antara bacaan sahabat Abu Darda dan sahabat Mughiroh.diantara perbedaan
tersebut seperti pada lafal وما خلق الذكر والأنثى pada Surat Al-lail, bacaan Abu Darda tidak ada kata وما hanya kata الذكر والأنثى خلق, sementara dalam Mushaf Sayyidina Utsman tertulis kata وما wallahu a’lam .
Wilayah Syam punggawa qiroahnya adalah Ibnu Amir yang dari generasi
ke generasi. Bacaanya bersambung sampai Sayyidina Utsman dari jalur Mughiroh Bin Abi
Sihab Al Mahzumi, sebagaimana Imam Ibnu Jazari menyebutkan bahwa ahli Syam
menisbatkan bacaan tersebut ke Sayyidina Utsman, dan yang masyhur dengan
penguasaan bacaan tersebut adalah Imam Hisyam dan Ibnu Dakwan serta Walid Bin
Utbah, sementara Ibnu Amir sendiri banyak teratsar dari sahabat lain juga seperti
Abu Darda’, Fadhollah, washilah, dan sahabat
lain, tetapi sebagaimana disampaikan Imam Nafi bahwa wilayah Fars menggunakan
bacaan Sahabat Utsman, Imam Ibnu Jazari dalam Annasr menyatakan bahwa Damaskus
dan seluruh wilayah Syam sampai jazirah Furotiyah ( wilayah perbatasan
yaitu wilayah yang membentang di timur laut Suriah
dan barat laut Irak serta Turki bagian
Tenggara) semuanya menggunakan bacaan Ibnu Amir, hal itu belangsung sampai
sekitar tahun 500 H, sehingga datang qori dari wilayah Iraq dengan bacaan Imam
Adduuri dari Abi Amr, Kemudian bacaan
ini menjadi umum dipakai dan menjadi bacaan wilayah Syam. dan pada ahirnya berlangsungnya
Zaman wilayah Syam pada zaman Atruk yang menganut madzhab Imam Abu Hanifah (
Turki Utsmani menjadikan bacaan Imam Hafs sebagai bacaan resmi karena rasa Cintanya
dengan Madzhab Imam Abu Hanifah), Imam Abu Hanifah menggunakan bacaan Hafs dari
Ashim.
BASROH ( Wilayah Bgian Iraq)
Basrah adalah kota ditimur Irak berbatasan dengan wilayah Kuwait
saat ini. Kota ini dibangun pada zaman Khalifah Abu Bakar berlanjut ke Khalifah
Umar Bin Al Khotob berlanjut ke Daulah Bani Abasiyah.
Para sahabat utama juga menetap diwilayah Basroh untuk mengajarkan
al-qur’an diantaranya Abu Musa Al-Asyari, sebagaimana diketahui bahwa ulama Basroh
juga mengikuti ulama Hijaz, (Makkah-Madinah) maka tersebarlah bacaan Hijaz, pada
tahun 200 H, Basrah menggunakan bacaan Imam Abu Amr, ( bagian Sibh Hijaz) dan Imam
Ya’qub (penduduk utama Basroh), dan kemudian pada abad ke 5 bacaan Imam Abu Amr
mendominasi dibanding bacaan Imam ya’qub dan menjadi bacaan utama hingga datang
masa Atruk (Turki Utsmani dan bacaan Ibnu Amr menjadi hilang), ulama Basroh
sangat mendominasi dalam hal Kitabah dan Dobt mushaf seperti Abu Aswad Adduali pakar nahwu, Nasr
Bin Ashim Allaisi, Yahya Bin Ya’mar Al-Adwani yang memberi syakal quran pada
masa Hajaj, dan sampai pada masa zaman Ahmad Bin Kholil Al Farahidi yang
menjadi pelopor penggunaan titik dalam segala tulisan resmi W 170 H.
KUFFAH (Wilayah Bagian Iraq)
Kuffah adalah negeri dahulu masuk wilayah Persia ditaklukan Zaman
Kholid Bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar dan Saad Bin Abi Waqas pada masa Khalifah
Umar berlanjut ke Daulah Abasiyah, letaknya antara Baghdad dan Basroh (perbatasan Kuwait sekarang).
Sebagimana diketahui penduduk Kuffah memegang fiqih dan bacaan pada
masa itu adalah fiqih dan bacaan sahabat Abdullah Masud Al Hudaly, beliau termasuk salah satu
sahabat yang paling tahu tentang al-qur’an, bacaan Abdulah Bin Mas’ud adalah
dialek Hudail bukan Quraisy, sebagaimana diketahui bacaan terahir
adalah dialek quraisy. pada masa Utsman Bin Affan ketika disampaikan mushaf
yang di Tulis Zaid Bin Tsabit atas perintah Utsman untuk dikirim ke Kuffah
dengan Qori Abu Abdurrahman Assulami ada penolakan dari penduduk Kuffah dan
termasuk sahabat Abdullah. setelah itu sebelum beliau wafat beliau kembali ke-Madinah
dan bertemu dengan khalifah Utsman serta ahirnya menerima bacaan dari apa yang
di sampaikan sahabat Utsman, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Mujahid dalam Assab’u Berkata Sulaiman Al A’masy aku mendapati
penduduk Kuffah mereka tidak membaca sebagaimana bacaan Zaid, semua membaca dengan
bacaan Abdullah Bin Mas’ud, bacaan Zaid hanya dibaca satu atau dua orang saja, sebagaimana
disebutkan oleh Sulaiman Al A’masy.
Setelah Abu Abdurrahman berusaha mengajarkan dengan sungguh-sungguh
bacaan sahabat Ali maka pada ahirnya
penduduk Kuffah menggunakan bacaan dengan mushaf yang telah Zaid Tulis (Mushaf Utsman
), dan bacaan tersebut adalah bacaan
sesuai dengan sahabat Ali Bin Bi Tholib, dan hanya satu atau dua orang yang
masih menggunakan bacaan dari shabat Ibnu Mas’ud.
Pada zaman Hajaj Bin Yusuf. Menteri ( pada masa Malik Abdul Malik
Bin Marwan Daulah Bani Umayyah) bacaan sahabat Ali ini menjadi wajib untuk
seluruh negeri Kuffah (sesuai dengan Mushaf Utsman).sampai terjadi fitnah
terhadap bacaan Hudail ( Ibnu Mas’ud) bahwasannnya bacaannya(Hudail)
hanya lisan arab saja tidak dari Nabi, padahal bacaan Hudail adalah diantara Ahrufiisabah
pada masa awal Nabi dan sahabat. sebagaimana tertera dalam sunan Abu Dawud.
Pada zaman Hajaj Bin Yusuf ulama yang mengajarkan al-qur’an digaji
dengan besar, pada masa Hajaj di Basroh ada lajnah khusus yang membidangi Al-quran
dibawah kekhalifahan atau Negara, dan Hajaj Bin Yusuf sangat perhatian terhadap
para pecinta Al qur’an, bahkan Hajaj termasuk diantara para orang yang termasuk
paling fasih dalam bacaan al-qur’an, sebagaimana yang di sampaikan Abi Amr Bin
Alaa’ bahwa diantara yang paling fasih adalah Hajaj dan Hasan Al-Bashri, tetapi
Hasan Al Bashri lebih fasih, dan beberapa perkataan ulama lainnnya terkait
kefasihan Hajaj Bin Yusuf As-saqofi. Hajaj adalah yang juga paling semangat
dalam menyebarkan bacaan al-qur’an dengan dialek quraisy dan meniadakan dialek Hudail,
wallahu a’lam.
Berkata Ibnu Auf jika aku mendengar bacaan Hajaj maka aku tau bahwa
Hajaj sangat mendalami al-qur’an (bacaan), Imam Ad-dzhabi menyebutkan riwayat
tentang Marwan dan Hajaj terkait bacaan
bahwa ahli tafsir Madinah yaitu Abdurrahman bin Zaid Bin Salam berkata
kami berada dimajlis Abu Ja’far Al-Qori ( guru Imam Nafi’) kemudian Imam Nafi berkata
wahai Abi Ja’far darimana syaikh mengambil bacaan seperti ini dan ini? Maka Abu
Ja’far berkata dari seorang qori Marwan Bin Hakam (pada zaman Malik Bin Marwan
) kemudian ia berkata lagi dari mana bacaan ini dan itu didapatkan? dari
seseorang yang membaca dari Hajaj Bin Yusuf, maka ketika mendengar itu Imam
Nafi’ mengikuti hal itu, hal ini
menunjukkan kesungguhan Hajaj dalam hal bacaan qur’an yang bacaan itu adalah
bacaan sahabat Madinah (Hijazy) yang merupakan bacaan umum sahabat Muahjirin
dan Ansar, maka Hajaj sangat menerapkan bacaan
Ustman yang sesuai dengan bacaan sahabat Ali. Dengan demikian Kuffah memiliki
dua bacaan yang utama yaitu dari bacaan Sahabat Ali Bin Abi Thalib Al Qurasy dan
Abdullah bin Masud Al Hudali, bacaan sahabat Abdullah adalah bacaan yang gharib
bagi penduduk Hijaz, dialek ini lebih
mendekati dialek Bani Tamim An Najdiyah.dan
Hajaj adalah yang paling getol menentang dialek selain quraisy. Diantara dialek
yang ada diarab adalah Quraisy, Tamim, Hudzail, Hawazin, Tsaqif, Kinanah, dan
Yaman.
Lajnah yang khusus dibentuk Hajaj bertugas mengajarkan al quran
sesuai dengan mushaf sahabat Utsman bin Affan dan jika ada yang menyelisihi maka harus
ditiadakan (bacaan dialek Hudail dari Ibnu Masud), para pengajar qiroah ini
dibayar dengan 60 dirham, dan jika ada yang menyelisihi dialek qurasy maka akan
ada hukuman. bahkan para sahabat-sahabat Abdullah bin masud sampai mengubur
muhaf-mushafnya karena takut dengan Hajaj
sebagaimana yang dilakukan Al Harits Bin Suwaid At Taimy, keterangan ini
disampaikan oleh Imam Zamahsary dalam Al Kasyaf ketika menafsikan Surat Al
Fath.
Pada masa inilah al-qur’an yang dahulu kala tidak ada tanda baca
atau syakal dimulai di beri syakal, Khalifah Abdul Malik meminta Hajaj agar
memberikan perhatian khusus pada bab berkaitan dengan tulisan al-qur’an ini,
maka Hajaj kemudian menunjuk dua oarng ahli yaitu Nasir Bin Asim dan Yahya Bin
Ya’mar kedua ulama ini adalah murid dari Abu Aswad Adduali dan mereka berdua
mengikuti bacaan sahabat Ali. mushaf yang diberi syakal pada masa ini adalah
sesuai dengan bacaan Imam Ali dan sahabat Utsman juga Zaid Bin Tsabit ( sesuai
dengan dialek quraisy). Berbicara penyebaran al quran di Kuffah atau Basrah
pada masa Hajaj sangat panjang sekali.
Tetapi meskipun usaha Hajaj ini tergolong proyek besar namun yang
terjadi dilapangan adalah bahwa Bacaan di wilayah Kuffah pada ahirnya bermacam-macam
dan masih tersebar dialek Hudail. Berkata Imam Ashim Al Bahdaly aku mendengar Hajaj
berkata: bahwa jika aku mendapati bacaan Ibnu Umi Abdin( Abdullah bin Masud )
maka akan Aku pukul tengkuknya’’ hal itu disampaikan juga didepan A’masy, maka A’masy
berkata: dalam hatinya sungguh aku akan
bacakan dialek Hudail meskipun didepanmu’. Ibnu Kasir menyebutkan beberapa
riwayat yang menyatakann bahwa Ibnu Masud telah kembali kebacaan mushaf Imam (dialek
quraysy) yang telah disepakati (ijma sahabat) Pada khalifah Utsman.
Sebagaimana diketahui bahwa ketika Khalifah Utsman menyebarkan
mushaf ke wilayah Kuffah ia juga mengutus juru baca yaitu Abdurrahman Assulamy yang
mengajarkan Mushaf Utsman (dialek qurasy), yang beliau mengambil dari bacaan Sahabat
Ali, dari darinya Imam Ashim mengambil bacaan itu.
Perbedaan dialek bacaan ini
menjadi masalah politik Hajaj dalam mengatur kekuasaanya yang sedikit banyak
berpengaruh ke penduduk Kufah, sebagian ada yang tidak menyukai dan sebagian
menjadi masalah perbedaan dalam hal ikhtilaf bacaan, seperti halnya dalam masalah
Hamzaah. Diriwayatkan dari Imam Malik bahwasannya beliau membenci orang yang membaca dengan Nabr atau
menampkakkan Hamzah, karena dalam lughoh quraysy hamzah tidak ditampakkan dalam
bacaan sebagaimana kalimat Mumin, Yajuj, Majuj, Dibu, dan lain-lain
hamzah ini adalah lughoh Ahli Hijaz atau kaum Ansar, sebagaimana dalam Misbahul
Munir bahwa Kata Ra’su adalah dibaca dengan Mahmuz
(menggunakan hamzah ) sementara Bani Tamim tidak memakai Hamzah, dalam Al
Mudawwanah ketika Imam Malik ditanya tentang orang yang shalat dibelakang
imam yang membaca dengan dialek Ibnu Mas’ud, beliau berkata: tinggalkan dan
jangan ikuti imam tersebut, karena Imam Malik dalam bacaan sepakat seperti Hajaj.
Meskipun usaha Hajaj untuk melegalkan bacaan secara resmi diseluruh
Kuffah dengan bacaan sahabat Sahabat Ali(dialek quraysy) tetapi bacaan Ibnu
Masud tetap ada, Imam Ashim yang kemudian menjadi punggawa bacaan di Kuffah
bacaanya berkisar antara bacaan Ibnu Masud Al-Hudali dan bacaan Ali Al Qurasy, dan
yang banyak berkembang adalah bacaan yang terasar dari Ibnu Masud sebagaimana
diketahui contohnya dalam bab Hamzaah, Hamzah ini adalah dialek Hudail
bukan lughooh qurayis, dan bacaan Ashim ini tersebar luas diwilayah Kuffah. Kemudain
baru datang Imam Hamzah dari Persia, yang kemudian mengenalkan bacaan yang
dibilang cukup berbeda dari yang lain, sebagian ada yang mengatakan dari jalur Ubay
Bin Ka’ab, dan hingga berlangsungnya waktu, bacaan Ahli Kuffah kemudian menjadi
bacaan Imam Hamzah Bin Hubaib Aziyad, sebagaimana Ibnu Mujahid menyatakan hal
itu meskipun bacaan Hamzah dikenal dengan banyak bacaan Syadnya.
Pada masa selanjutnya bacaan Kuffah juga diwarnai dengan bacan dari
wilayah Basroh yaitu bacaan Adduri dari Abi Amr sampai beberapa kurun,. Sampai
muncul Atruk (Turki Utsmaniy) dan berlanjut lagi bacaan Ashim, seperti wilayah,
Najas, Karbala, pun demikian orang-orang Syiah Mereka membaca dengan Riwayat
Hafs (Meskipun syiah tidak memiliki riwayat tentang bacaan al-qur’an sebagaimana
Ahlus Sunnah), wilayah Baghdad juga tersebar bacaan Imam Kholaf meskipun
sedikit
UTARA AFRIKA DAN WILAYAH ANDALUSIA
Wilayah Afrika dahulu dibuka oleh Khalifah Utsman dibawah pasukan
Abdullah Bin Sa’ad Bin Abi Syarh tahun 27 H. diantara pasukan yang ikut adalah
Abdullah Bin Zubair, Abdullah Bin Umar, dan Abdullah Bin Abbas, kemudian pada
petengahan qurun pertama Uqbah Bin Nafi Al Fahiri delegasi khusus yang
melanjutkan pengajaran diwilayah Afrika dan dilanjutkan pada zaman Hisan Bin
Nu’man tahun 78 H.
Dan selanjutnya bacaan yang tersebar diwilayah Afrika adalah
bacaan Ibnu Amir, bacaan ini muncul ketika Umar Bin Abdul Aziz mengutus para
dai diwilayah ini, diantaranya: Ismail Bin Abdullah Bin Abi Muhajir dengan
bacaan Ahlu Syam yaitu Ibnu Amir Al Yahsibi, Ismail Bin Ubaid Al Ansari peletak
Masjid Qoiruwan kemudian berkembang Madrasah
Qiroah sabagaimana Madrasah Abu Darda di Syam, demikian pula wilayah Andalusia membaca
dengan bacaan Ibnu Amir Asy Syami, karena pasukan yang menaklukkan wilayah Andalusia
membaca dengan bacaan Ibnu Amir. Dalam Madzhab fiqih mereka bermadzhab Al Auzai
yang menyebarkan adalah So’soah Bin Salam (W 192), demikian juga wilayah Maghrib
membaca dengan bacaan Hisyam dari Ibnu Amir sampai kurang lebih Satu Qurun.
Tahun keduaratus didaerah Qairuwan tersebar bacaan Hamzah yang datang
dari para qari Kuffah dan Baghdad pada masa Abasiyah, Qiroah Imam Nafi masih sedikit, dan yang
menyebarkan Qiroah Nafi ke Qairuwan adalah Ghazi Bin Qais (W 199 H). beliau
pula yang memasukkan Muwatha Imam Malik ke Andalusia.. baru qiroah Warasy
dari Nafi masuk kesana bersamaan dengan masuknya Mahzab Maliki.sebagaimana
hal ini dinukil Ibnul Jazari yang bersumber dari Abdul Somad Al Utaqi sahabat Imam
Malik, bahwa bacaan Ahli Andalus adalah bacaan Imam Warasy(Nafi).
Imam Ibnu Furodi menyebutkan bahwa Muhammad Bin Khairuwan (W 306 H)
orang yang mengganti bacaan Hamzah menjadi
bacaan Nafi diwilayah Afrika. tetapi pendapat lain menyatakan bahwa sebelum itu
juga sudah tersebar bacaan Imam Nafi.hal ini sebagaima dikenal Yaman Shahnun
(Abu Said Abdussalam Sahnun Bin Said Bin Habib Attanuhi W 240 H ulama Malikiyah
yang lahir di Qoiruwan yang belajar dari Sinan Al Qoiruwani yang merantau
ke Iraq dan bertemu Imam Kisai. .
Dan ini menjadi pesat ketika perubahan dari Mahzab Kuffah ( Mahzab
Hanafi dan bacaan Hamzah) menjadi Mahzab Madinah yaitu Maliki dan Qiroah Nafi) satu
corak antara bacaan dan madzhab fiqih berbeda dengan sebelumnya Mahzab Hanafi bacaan
Hamzah. hal ini setelah Sahnun dan murid-muridnya menyebarkan bacaan-nya. hal
ini sebagaimana diungkapkan oleh Imam Iyad dalam Al Madarik ‘’bahwasannya
daerah Afrikiyah dan disekitar Maghrib pada
mulanya adalah Mahzab Kufiyun baik fiqih dan qiroat, hingga masuklah Ali
Bin Ziyad dan Ibnu Asras dan Bahlul Bin Rasyid dan sesudahnya yaitu Asad Bin
Faroot dan Yahya bin salam dan yang lain dari Mahzab Maliki, sampai datang Sahnun
hingga terseberlah dengan merata diwilayah Maghrib dan semua diperintahakan
untuk memakai bacaan Nafi, sehingga Tunisia juga memebaca dengan bacaan Ahlul Madinah
yaitu Nafi Riwayat Qolun, dan ahli Maghrib (Maroko) bacaan Waras Al Mishri dari
jalur Yusuf Al Azraq Al-Madini.
Secara ringkas jika dibatasi sampai pada tahun ke 300 H, yaitu pada
zaman Imam Mujahid yang digelari Musaba Sab’ah ( yang mengumpulkan riwayat
bacaan Imam yang 7) Qiroah sab’ah. Penduduk Madinah membaca dengan bacaan Imam
Nafi’ Ahlul Makkah membaca dengan qiroah Imam Ibnu Kasir, Ahlus Syam Qiroah
Ibnu Amir, Basroh Qiroah Abi Amr dan Ya’qub,
penduduk Kufah dengan bacaan Imam Ashim dan Hamzah, berkata Maki Bin Abi Thalib
bahwa manusia pada tahun ke 200 H di Basrah membaca dengan bacaan Imam Abu Amr dan
Ya’qub, Kuffah Hamzah dan Ashim, Syam
Qiroah Ibnu Amir, Makkah Qiroah Ibnu Kasir dan Madinah Imam Nafi hal itu
berlangsung sampai awal tahun Ke 300 H, yang mulanya Ibnu Mujahid menetapkan Imam
Ya’qub dan menggantinya menjadi Imam Kisai, meskipun bacaan Ya’Qub Masyhur pada
zamannya di Basroh tapi beliau menganggap bacaan Ya’qub mata rantai sanadnya
terputus, meskipun secara bacaan Imam Kisai sedikit tetapi secara sanad cukup
dikenal diwilayah Kufah.
Pada masa Imam Mujahid penyebaran Qiroah Hafs dari Ashim tidak begitu Masyhur diwilayah
Kufah yang masyhur adalah Su’bah dari Ashim, beliau mengatakan para pengajar di
Kuffah dari bacaan Imam Hafs hanya Abu Bakar Bin Iyas ( Imam Syu’bah) W 193 H
dan Hafs Sulaiman Al Asadi W 180 H, dan yang masyhur adalah bacaan Hamzah Bin
Hubaib Aziyat.bisa dilihat pada bagan diblog ini dengan judul mengenal Imam qiroat.
Pada abad ke lima hijriyah Qiroah Ya’qub mendominasi diwilayah Basroh, sebagaimana yang disampaikan Imam Abu Amr
Ad-Dani 444 H, bacaan Ya’qub menjadi bacaan Ahlul Basroh setelah Abi Amr berkata
Imam Thohir Bin Ghulbun, bahwa
para imam tidak membaca kecuali dengan bacaan Imam Yaqub.
Adapun Ahlu Syam bacaan mereka bacaan Ibnu Amir sampai abad ke 5
hijriyah , sampai datang salah satu quro yaitu Ibnu Tawus yang mengajarkan
bacaan Imam Dauri dari Abi Amr yang menggeser bacaan Ibnu Amir, sebagaimana Imam
Ibnu Jazari menyampaikan hal itu bahwa Ahlu Syam membaca dalam qiroah, shalat
dan bacaan quran lainnya menggunakan bacaan Ibnu Amir sampai awal abad ke 5. dan yang mengajarkan bacaan Ibnu
Amr adalah Imam Thawus.
Imam Warasy adalah syaikh quro dari Mesir kemudian berguru kepada Imam
Nafi dan menghatamkan 4 kali kahtatam, kemudian kembali ke Mesir dan
menyebarkan bacaan Nafi ke wilyah Maghrib dan ke penjuru Afrika, kemudian juga
yang ikut memperluas tersebarnya qiroah Nafi karena Mahzab Ahlul Maghrib dalam
fiqih adalah Imam Malik yang Imam Malik membaca dengan Qiroah Imam Nafi.
Kecuali Maghrib Adna Libiya dan Tunisia mereka lebih banyak dengan
riwayat Qalun. demikian juga seperti Chad mereka lebih menyukai bacaan Qolun
karena mudah yaitu tidak adanya bacaan Mad yang begitu panjang atau Imalah
yang ada pada bacaan Imam Warasy.
Riwayat Imam Adduri dari Abi Amr mendominasi wilayah Iraq, Hijaz dan
Yaman Syam. Mesir, Sudan Afrika Bagian Timur, sampai abad ke 10 hijriyah.
Disaat bacaan Imam Ibnu Amr mendominasi wilyah Iraq, Hijaz, Yaman,
Syam, Mesir, Sudan dan Afrika Bagian Tengah, bacaan Imam Hafs An Ashim muncul
diwilayah Turki Utsmani, dari sinilah kemudian Turki Usmani menyebarkan para Guru,
Hakim, ke seluruh penjuru dengan Qiroat Imam Hafs An Ashim, demikian juga
mushaf ditulis dengan cara bacaan Imam Hafs An Ashim. Sedikit demi sedikit
bacaan Imam Hafs ini menggeser bacaan Ad-daruri dari Abi Amr, sejak saat itu
bacaan Adduri menjadi sedikit di wilayah Arab hanya tersisa diwilayah Yaman,
Sudan, Sebagian Afrika, hal itu bisa diketahui pada tahun 1370 H ulama wilayah
Hadramaut Yaman mengarang Kitab Tajwid dengan Qiroah Adduri, Sementara
Bacaan Imam Hafs susah masuk ke daerah Hadramaut karena kuat memegang Mahzab
Imam Malik dengan bacaan Abi Amr Atau Nafi berkata Ibnu Asyur dalam Tarir Wa
Tanwir .
Imam Ibnu Jazari Tahun 751-
833 H beliau hidup pada masa Timur Leng di Mesir, beliau mengatakan pada zamannya
Syam Hijaz, Yaman, Mesir mereka membaca dengan qiroah Adduri dari Abi Amr, Zamahsyari
Al Hurosani W 538 H. menulis tafsir Al Kasyaf dengan bacaan Abi Amr, demikian Tafsir Al
wasit Imam Al Wahidi, Imam Abi Suud menulis
tafsir Irsyad Al aql dengan riwayat Imam Hafs diwilayah Turki, sedangkan
bacaan Qolun An Nafi juga tersebar diwilayah Yaman, Imam Syaukani 1250 H menulis
tafsir Fathul Qadir dengan riwayat Imam Nafi, demikian Imam Son’ani
Dalam Mafatih Ar Ridwan, Wallahu A’lam